Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kabar Hijau Dari Gunung Lemongan

2 Juli 2012   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung ini adanya di kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sebagian mengejanya Lamongan. Entah apa hubungannya dengan kabupaten Lamongan. Yang pasti kota Lumajang dalam sejarah klasik sudah tersebutkan dalam prasasti yang dikeluarkan oleh maharaja Wisnuwardhana atau Sri Sminingrat ( 1255 masehi ). Lamajang, begitulah pengucapan orang-orang terdahulu. Gunung Lemongan adalah jenis gunung api tipe A, yang artinya sering mengalami erupsi sejak tahun 1600 masehi. Ada masa-masa dimana gunung ini memegang rekor yang paling 'ganas' di seluruh kawasan gunung api yang ada di pulau Jawa. Dan jika ditarik ke masa pra sejarah, gunung ini ditengarai mengalami erupsi yang lebih mengerikan lagi terbukti dengan puluhan kerucut gunung api dan kawah (maar) yang tersebar dari timur (kompleks gunung Hyang) hingga ke barat (kompleks gunung Tengger) dimana kompleks gunung Lemongan berada di antara kedua gunung api raksasa tersebut. Gunung Lemongan seperti gunung api lainnya, meski rawan bencana baik yang potensi gempa maupun erupsi, tanahnya subur dengan hutan lindung yang dahulu begitu menakjubkan keberadaannya. Sebagian kawah terisi air dimana orang setempat menyebutnya Ranu. Ranu-ranu ini selain penuh ikan air tawar juga berfungsi sebagai sumber penghidupan bagi sawah-sawah di lereng gunung Lemongan. Dengan sumber daya alam yang melimpah ini, seharusnya masyarakat bisa hidup layak dan sejahtera. Ya, seharusnya. Jika masyarakat sejahtera adakah penjarahan hutan yang besar-besaran sebagai akibat dari geger politik 98-2000 akan menghindarkan gunung Lemongan ( dan gunung-gunung lain di nusantara ) dari penggundulan? Faktanya begitu hutan lindung habis terjarah, sumber-sumber mata air pun mengecil, banyak yang mati sama sekali. Ranu-ranu atau danau-danau di lereng gunung Lemongan menyusut, tak jarang yang mengering lalu berubah fungsi menjadi kebun setelah masyarakat menanaminya dengan pohon-pohon produksi untuk pabrik kayu, kopi, dan pisang. [caption id="attachment_192053" align="alignnone" width="300" caption="Ranu Klakah, sekitar tahun 2004, surut hingga belasan meter. Sebelum hutan dijarah, airnya penuh hingga mencapai lantai rumah panggung itu."][/caption] Seperti jamaknya mental penjarah, tentu mereka tak kan pernah kembali lagi untuk memperbaiki. Begitu pula dinas-dinas yang berwenang memelihara hutan lindung di negeri ini. Khusus di gunung Lemongan mereka berasalan di balik tanah pasir dan batu-batu cadas, bahwa tidak mungkin pohon bisa tumbuh di wilayah seperti itu. Menafikan sejarah kehutanan di lereng gunung Lemongan yang masih utuh terekam memori masyarakat sekitar, bahwa di sana, dahulu adalah wilayah hutan yang nyata. Begitulah, ketika masalah sosial akibat kekurangan air mulai mengemuka, masyarakat pinggir Ranu Klakah yang dimulai oleh murid-murid sekolah alam Rakyat Merdeka, pada tahun 2004 memulai menanam lebih sering lagi karena tradisi menanam di bulan maulud yang turun temurun dilakukan dirasa kurang cukup mengingat kerusakan yang parah. Dari pinggiran danau ini penanaman berlanjut hingga ke gunung Lemongan pada akhir 2008, lalu terbentuklah komunitas Laskar Hijau. Relawan konservasi peduli hutan gunung Lemongan, yang dilakukan secara swadaya. Pelan-pelan air di danau-danau menjadi penuh kembali. Utamanya di Ranu Klakah, sebagai desa perintis atas support mantan kepala desa, Pak Matruki, yang bijak sebagai orang tua. Bersama anak-anak muda paling bersemangat tak terhitung sudah jumlah kegiatan sosial, seni budaya, lingkungan, yang dilakukan di pinggiran danau yang indah ini. [caption id="attachment_192058" align="alignnone" width="300" caption="Ranu Klakah (2012). Air sudah penuh kembali. Foto ini diambil bersamaan dengan peringatan Hari Bumi dengan tajuk "]

134119369064549478
134119369064549478
[/caption] Bagaimana dengan hutan di gunung Lemongan? Pohon-pohon sudah bertumbuh, semakin besar dan menyegarkan. Satu area penuh dengan pohon jeruk, area-area lainnya berderet pohon-pohon jambu, manggis, mangga, apokat, plum (di sini disebut mantega), salak, kenari, ceri, duku, klengkeng, langsep, pinang, dan ratusan jenis pohon buah lainnya di samping bambu, trisidi (bagus banget sebagai pagar hidup selain daunnya untuk pangan ternak), kayu manis, dsb. [caption id="attachment_192063" align="alignnone" width="300" caption="Pohon Sukun cs yang tumbuh di samping posko lama Laskar Hijau"]
13411945751649585248
13411945751649585248
[/caption] Setelah memasuki tahun ke 4, para relawan konservasi yang kebanyakan mereka adalah penduduk pinggir hutan sendiri, semakin terlihat bahwa kerja-kerja kerakyatan ini bukan hanya berupaya keras menumbuhkan pohon-pohon kembali, merawat dan menjaganya secara konsisten. Namun juga bagaimana memaknai kebersamaan itu sebagai ejawantah dari ketulusan hati dan kebulatan tekad. Bahwa di tanah tumpah milik kita sendiri, sudah menjadi tugas kita bersama untuk melindungi. Jangan sampai terulang lagi apa yang dahulu telah menyusahkan kita semua. Karena jika rakyat bersatu, para pengacau tidak akan berani mendekat, apalagi membuat kericuhan. [caption id="attachment_192066" align="alignnone" width="300" caption="Bulan Juni kemarin para pelajar SMAN Jambi memanfaatkan liburan sekolah mereka untuk belajar bersama kami. Ini ceritanya belajar lintas pulau....."]
1341195436533713825
1341195436533713825
[/caption] [caption id="attachment_192067" align="alignnone" width="300" caption="Para pelajar ini juga turun langsung ke lapangan, membantu para relawan konservasi merawat tanaman di musim kemarau ( kita menanam hanya di musim hujan, sedang musim kemarau adalah waktu2 merawat tanaman dan pembibitan untuk ditanam nanti saat musim hujan tiba)."]
13411957391142682571
13411957391142682571
[/caption] Mendapat kunjungan para pelajar dari Sumatera ini sungguh hal yang menggembirakan sekali. Ada harapan yang kita titipkan pada mereka, untuk menjaga hutan Indonesia di masa depan dimana pun mereka berada. Salut juga karena mereka jauh-jauh datang dengan niatan yang luar biasa. Tak kalah semangat dari para pelajar dan mahasiswa di pulau Jawa sendiri yang kerap juga datang menunjukkan kepeduliannya terhadap gunung Lemongan khususnya. Salam Lestari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun