Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Angin Kencang, Pesan Menuju Zaman Es?

25 Januari 2012   00:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:29 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di televisi, saya melihat berita tentang wilayah-wilayah yang diterjang angin hebat dan merusakkan atap-atap rumah dalam sekejap. Di tempat saya angin juga berubah tak ramah hampir sepekan belakangan ini. Lampu mati, rumah kotor karena angin membawa apa saja bersamanya, dan hujan sepanjang hari seolah telah menjadi rutinitas bagi alam. Perubahan cuaca semakin ekstrim saja. Presenter berita menjelaskan jika beberapa hari ke belakang ( menurut data BMG ) angin kencang secara merata terjadi di selatan Sumatera hingga ke Alas Purwa. Pantas saja angin begitu menggila, jarak pesisir selatan Sumatera dan Alas Purwa Banyuwangi itu sangat jauh, dan kota saya berada di lintasan laut yang sama dengan keduanya. Namun saya tak bisa membayangkan bagaimana nasib desa-desa yang persis berada di pesisir laut selatan. Rumah saya yang berjarak dua jam perjalanan saja sudah sedemikian bikin ciut, apalagi mereka ya. Yang pasti, dalam kondisi begini para nelayan tak mungkin berani melaut. Saya jadi teringat orang-orang yang kami kenal, dan menggantungkan hidup mereka pada hasil tangkapan ikan. Duuhhh.... Sejak dini hari terbangun, dan shalat dalam kondisi menyimpan kecemasan, saya bertanya pada suami. Apa yang terjadi pada manusia  jika prediksi Al Gore dalam film dokumenter An inconvenient truth benar terjadi? Dan kemungkinan inilah masanya mengingat tanda-tanda alam? Kami tak membahasnya selain sama-sama terdiam, seraya melihat ke arah anak-anak yang tertidur pulas. Dan cemas yang seketika meliputi hati. Ketika menulis catatan inipun, di luar angin berderak, sungguh bikin ngeri. Saya tak berani pergi ke halaman. Hanya melihat pohon-pohon yang seolah akan tercabut dari akarnya dari balik jendela, dan daun-daun pisang yang helai-helainya sudah berubah seperti sisir. Semoga Tuhan melindungi kita. Amien. Berita-berita Media Online Bandung (ANTARA News) 24/01/2012 - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau agar masyarakat di Bandung dan wilayah lainnya di Jawa Barat untuk mewaspadai hembusan angin kencang selama dua hingga tiga hari ke depan. "Sebenarnya memang agak atau cukup ekstrem hembusan angin yang dirasakan, khususnya tadi malam. Oleh karenanya, dalam dua hingga tiga hari ke depan potensi angin permukaan cukup tinggi, perlu diwaspadai," kata Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Susiana, di Bandung, Selasa. Susiana mengatakan, hembusan angin dengan intensitas cukup signifikan ini disebabkan karena adanya tekanan rendah di sepanjang Selatan Pulau Jawa.Ia menuturkan, kecepatan angin yang berhembus di Kota Bandung tadi malam cukup kencang yakni mencapai 20 hingga 25 kilometer per jam. "Kalau diukur dengan kilometer per jam, kecepatan angin tadi malam cukup kencang ya, mencapai 20 sampai 25 kilometer per jam. Kecepatan normal angin permukaan itu biasanya hanya 15 hingga 18 kilometer per jam," ujar Susiana. Hembusan angin kencang tersebut, kata Susiana, juga akan berdampak pada suhu atau temperatur udara yakni akan lebih terasa dingin. "Pengaruh angin kencang ini akan membuat lebih dingin, jadi wajar saja kalau akan terasa lebih dingin. Suhunya itu bisa mencapai 20 derajat celcius," katanya. Selain itu, BMKG juga memprediksi efek lainnya dari angin kencang ini ialah berkurangan intensitas hujan di wilayah Jawa Barat terutama di kawasan Bandung dan sekitarnya.** Bengkulu (ANTARA News)24/01/2012 - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan gelombang laut di perairan Bengkulu 12 jam ke depan mencapai lima meter, sehingga sangat berbahaya bagi seluruh perahu dan kapal nelayan. Gelombang laut tinggi lima meter itu juga berpeluang terjadi di perairan Enggano hingga perairan Lampung, kata analisis BMKG stasiun Meteorologi Fatmawati Soekarno Bengkulu Suparwi, Selasa. Ia mengatakan, meskipun saat ini gelombang laut diperairan Bengkulu tingginya berkisar antara 2,5 hingga 4,5 meter, namun sangat berpotensi mencapai lima meter karena tinggi hebusan angin di perairan Enggano yaitu antara 08-25 knots. Angin di perairan Bengkulu berhembus dari arah Barat hingga Timur laut dengan kecepatan antara 05-23 knots dan angin diperairan Barat Bengkulu berhembus dari Barat hingga Barat laut dengan kecepatan antara 08-25 knots. Namun berdasarkan peringatan dini BMKG tetap ada gelombang laut tinggi tiga meter tejadi perairan mentawai hingga Samudra Hindia Barat Mentawai, wilayah Sumtara Barat. Dari citra satelit cuaca terlihat daerah liputan awan dan hujan berada di seluruh wilayah Sumatera, Selat Malaka dan Samudera Hindia Barat Aceh hingga Selatan Jawa. Angin di wilayah Bengkulu pada umumnya bertiup dari arah Barat hingga Timur Laut dengan kecepatan antara 08 - 42 kilometer perjam atau berkisar antara 05 - 23 knots. Cuaca di wilayah Bengkulu 12 jam ke depan pada umumnya berawan dan berpeluang turun hujan ringan pada sore dan malam hari, suhu udaranya berkisar 23-31 derajat celcius dan kelembaban antara 65-98 persen. Ia juga mengimbau kepada warga Bengkulu karena pada 12 jam ke depan daerah itu berpotensi dilanda angin kencang, sehingga membahayakan pada saat berkendaraan apabila terjadi pohon tumbang. Pada hari raya Imlek 2012 wilayah Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan beberapa kabupaten di landa angin kencang, tidak menutup kemungkian terjadi kerusakan rumah dan sarana warga lainnya, ujarnya.**

Ratusan rumah rusak akibat angin kencang

Rabu, 25 Januari 2012 07:03 WIB Indramayu (ANTARA News) - Ratusan rumah di Blok Ketileng dan Krasak, Kecamatan Juntijuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, rusak berat diterjang angin kencang, sementara itu satu rumah rata dengan tanah. "Hujan angin disertai angin kencang melanda daerah pantura Kabupaten Indramayu sejak kemarin (24/1) sore hingga tengah malam, sekitar pukul 23.10 WIB," kata seorang warga Desa Juntikedokan, Kecamatan Juntijuat, Kabupaten Indramayu Dedy Aryanto, di Indramayu, Rabu. Ia mengatakan, angin kencang merusak ratusan rumah, satu di antaranya rata dengan tanah. Angin juga menumbangkan puluhan pohon, sedangkan seorang mengalami luka berat bernama Wasirih (45). Hingga saat ini, ratusan rumah tersebut belum diperbaiki, sedangkan Wasirih dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Warga bersama-sama berusaha menyingkirkan pohon yang tumbang hingga menimpa rumah dan jalan menuju desa tersebut.**

238 ternak hanyut diterjang banjir di Lebak

Rabu, 25 Januari 2012

Lebak (ANTARA News) - Banjir yang menimpa 23 kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten, sepekan lalu menghanyutkan sebanyak 238 ekor ternak milik masyarakat karena kandangnya berdekatan dengan bantaran sungai. "Kami berharap pemerintah daerah memberikan bantuan kepada pemilik ternak yang hanyut diterjang banjir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Muklis di Rangkasbitung, Rabu. Muklis mengatakan, dari 238 ekor ternak yang hanyut itu antara lain kerbau, sapi, kambing, dan unggas. Semua ternak yang hanyut itu, lokasinya berada di tepi bantaran sungai. Untuk itu, kata dia, pemilik kesulitan untuk menyelamatkan binatang peliharaanya karena luapan air sungai cukup deras. "Saya yakin banjir yang menerjang sejumlah kecamatan cukup besar dan siklus 10 tahunan," katanya. Menurut dia, bencana alam yang menimpa 23 kecamatan dan 77 desa serta 9.287 kepala keluarga. Banjir juga merendamkan sebanyak 8.439 rumah dan sawah 3.383 hektare. Bahkan, sawah seluas 1.233 hektare terancam puso dan gagal panen. Selain itu juga kerusakan jembatan sebanyak 22 unit, 15 irigasi, 10 ruas jalan desa, 15 ruas jalan kabupaten dan 14 jembatan gantung. Sarana pendidikan yang terendam 23 unit, 10 rusak berat, 3 masjid, dan tiga pondok pesantren. "Kami berharap pemerintah kembali membangun sarana infrastuktur itu sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat," ujarnya. Ia menyebutkan, jumlah kerugian akibat banjir itu mencapai Rp69 miliar dan pemerintah daerah tidak mampu untuk melaksanakan pembangunan sarana infrastruktur akibat terbatasnya anggaran. Karena itu, kata dia, pihaknya berharap pemerintah pusat dan provinsi bisa mengalokasikan dana untuk percepatan pembangunan. "Kami merasa terbantu dengan adanya bantuan Menteri PDT sebesar Rp7,2 miliar dan PT Krakatau Steel yang membangun jembatan gantung senilai Rp1 miliar," ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lebak Iman Santoso mengatakan, jumlah ternak yang hanyut itu sudah dilaporkan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten dan berharap mereka dapat bantuan. "Saat ini peternak sangat berharap adanya bantuan, baik berupa ternak maupun kompensasi uang," katanya. (ANT)Editor: B Kunto Wibisono

Laut ‘Murka’, Tinggi Gelombang Hingga 6 Meter

suarasurabaya.net| Awas waspadai saja jika beraktifitas di perairan Laut Jawa dan Samudera Indonesia. Laut sedang ’murka’. Tinggi gelombang bisa mencapai 6 meter. Kapal nelayan bisa tenggelam. Peringatan ini disampaikan Eko Prasetyo Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim, Tanjung Perak, Surabaya waktu dihubungi suarasurabaya.net, Sabtu (21/1/2012) siang. “Mulai 6 jam ke depan hingga satu minggu ke depan, Laut Jawa dan Samudera Indonesia selatan Jatim kembali ‘murka’. Laut Jawa hari ini tinggi gelombang 2,5 meter, besok sudah 4 meter, dan 24 Januari mencapai 5 meter. Sedangkan di selatan Jatim, NTB, dan NTT 6 jam ke depan tinggi gelombang sudah 3,5 meter, besok 5 meter. Pada Senin, 23 Januari saat Imlek bahkan mencapai 6 meter dan akan terus meningkat hingga 5 hari ke depan sampai 7 meter,” jelasnya. Tinggi gelombang yang terus meningkat ini kata Eko diakibatkan adanya pusat tekanan rendah, di sebelah barat Australia. Kondisi ini disertai angin kencang dari barat ke timur dengan kecepatan hingga mencapai lebih dari 65 km/jam. ”Jika kondisi awan dalam hari-hari ini tumbuh dasyat, maka lengkap sudah buruknya cuaca di Jatim terutama di pesisir selatan Jatim. Karena itu waspada saja saat berlibur di pantai selatan Jatim, apalagi yang berenang di laut maupun surfing. Begitu juga para nelayan yang menggunakan kapal atau perahu kecil,” kata Eko.(ipg) suarasurabaya.net| Angin puting-beliung kembali menerjang Kecamatan Candipuro dan Tempursari. Di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, 7 rumah wargarusak karena tiupan angin. Drs Rochani Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM Lumajang, Selasa (24/1/2012) mengungkapkan angin puting-beliung itu terjadi tiba-tiba di tengah guyuran hujan. “Akibat terjangan angin puting-beliung ini, sedikitnya 7 rumah warga mengalami kerusakan pada atapnya yang terbuat dari asbes. Dalam insiden ini tidak ada korban jiwa maupun cidera,” kata Drs Rochani. Dari investarisasi yang dilakukan personil BPBD Kabupaten Lumajang, rumah warga yang rusak adalah milik Hariono (40), Slamet (45), Misdi (60), Kusnadi (35) dan Riatin (55). Seluruhnya warga Dusun Banjarrejo RT-22/RW-06, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Rumah lainnya yang rusak teridentifikasi milik Hari (45), warga Dusun Sidorejo RT-27/RW-09, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Saat itu juga, BPBD menerjunkan personil ke lokasi kejadian untuk melakukan inventarisasi dampaknya. Selain itu, BPBD juga mengimbau kepada warga, untuk tanggap ketika memasuki musim bencana seperti yang terjadi saat ini. Menurut Drs Rochani, ada 10 kecamatan di Lumajang yang masuk waran bencana, yakni Kecamatan Kota Lumajang, Tekung, Padang, Tempeh, Gucialit, Sukodono, Randuagung, Yosowilangun dan sejumlah kecamatan lainnya. Untuk itu, kewaspadaan yang disampaikan melalui imbauan kepada warga, kerap dilakukan agar potensi bencana yang membahayakan keselamatan warga bisa diantisipasi.(her/edy) suarasurabaya.net| Selain merusak 7 rumah di Kecamatan Candipuro dan Tempusari, angin puting-beliung ternyata juga terjadi 4 kecamatan lainnya di Lumajang. Di Kecamatan Yosowilangun, angin puting-beliung yang menerjang dengan kecepatan tinggi, merobohkan sebuah pohon jati berukuran besar yang terletak di lahan tegal Dusun Pentunggadung, Desa Kalipepe. Apesnya, seorang nenek renta warga Desa setempat yang saat kejadian tengah berada di lahan tegal tersebut, langsung tertimpa. Korbannya bernama Arbaiyah (67), yang akhirnya tewas dalam perawatan di RS Bhayangkara Lumajang. “Korban tidak langsung meninggal di lokasi kejadian. Ia sempat dilarikan ke RS Bhayangkara Lumajang, namun dalam perawatan nyawanya tidak tertolong,” demikian kata Drs Rochani Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM Lumajang, Selasa (24/1/2012) siang. Diungkapkan oleh pejabat mantan Kepala Bakesbangpol Linmas Kabupaten Lumajang ini, korban Arbaiyah mengalami luka parah di bagian kepalanya dan menderita patah tulang di sejumlah bagian tubuhnya. “Di lokasi yang sama, juga jatuh korban lainnya, meski hanya mengalami luka ringan,” bebernya. Korban luka ini bernama Feri (15), pelajar asal Dusun Pentunggadung, Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun yang tertimpa dahan pohon yang tumbang setelah diterjang angin puting-beliung. Korban Feri mengalami luka robek di bagian kepalanya dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk menjalani perawatan medis. “Di Kecamatan Kunir, ada dua pengendara motor yang kebetulan melintas lalu tertimpa pohon. Kedua pengendara ini hanya mengalami luka ringan saja dan dirwat di Puskesmas setempat,” urai Drs Rochani. Insiden bencana angin puting beliung di wilayah Kecamatan Yosowilangun ini, juga menyebabkan rumah seorang warga Desa Karangrejo, Kecamatan Kunir rusak. Rumah yang berantakan tertimpa pohon ini, belakangan diidentifikasi milik Suprapto (45), petani yang tinggal di Dusun Tulusrejo. “Rumah Suprapto tertimpa pohon manecu berukuran besar yang tumbuh tak jauh dari rumahnya. Pohon itu tumbang setelah diterjang angin puting-beliung. Pohon itu menimpa atap rumahnya, meski tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu,” demikian pungkas Drs Rochani. (her/edy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun