Menurut saya, adalah menulis skenario film dan membuat film. Meski berat dalam proses 'menelorkan' karya sehingga memaksa kita menjadi seorang pertapa, namun di sela-selanya ada ritual indah yang akan dilakukan siapapun dengan suka rela. Menonton film. Bagi penulis skenario dan pembuat film, aktivitas menonton film berkualitas dalam situasi tertentu menjadi wajib hukumnya. Saya pribadi, merasa harus menonton film tertentu manakala 'otak alpha' saya sulit diraih, imajinasi macet dan kecerdasan tiba-tiba menurun drastis. Seringkali, menonton film membantu saya menajamkan 'gambar' yang ingin saya tulis, seraya mengingatkan diri sendiri bahwa setiap scene punya urusannya sendiri, sama sekali tidak ada kaitannya dengan 'awal-tengah-akhir' sebuah plot. Namun demikian, setiap scene adalah nyawa bagi alur cerita yang ingin disampaikan melalui sebuah film. Tanpa scene yang baik, sebuah film mati.
Bukan profesi yang mudah, tapi terlalu indah untuk dilupakan. Proses kreatifnya, jatuh bangun di dalamnya, kadang sangat melukai perasaan. Tapi siapa peduli? Setiap orang punya pilihan. Dan saat sudah memilih, mungkin kita tak akan pernah melepaskannya.
nb. catatan mini ( satu deadline, lunas!:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H