Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Saya Suka Menulis?

23 April 2011   01:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena saya bisa berbagi tentang apa saja. Terutama hal-hal yang menjadi concern saya. Namun sejatinya, di dalam diri saya begitu banyak kemarahan. Kemarahan terhadap kesewenang-wenangan. Kemarahan terhadap kesenjangan sosial. Kemarahan terhadap korupsi, akar dari semua masalah yang menggelibati negeri ini, yang membuat saya sangat-sangat geram.

Apakah saya terlalu muluk? Seorang teman pernah mengkritik, "jangan memikirkan yang besar-besar."

Sama sekali saya tak menginginkannya. Sayangnya, mereka masuk begitu saja dalam pikiran-pikiran saya, lalu mengganggu saya dengan tohokan-tohokannya. Ini negerimu, dan mereka yang miskin, kelaparan, dibodohi, dipinggirkan, dilemahkan, adalah saudara-saudaramu. Dan sebagai muslim agama saya mengajarkan, sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi sesama atau Yang Di Langit akan mencintaimu jika kau mengasihi yang di bumi. Lalu, bisakah saya melarikan diri saja? Dan menjadi seorang pecundang. Padahal hidup hanya 'sekedip' mata, bagaimana kelak saya 'melapor' kepadaNya saat kembali?

Maka saya suka menulis - terlepas jika buku-buku saya laris di pasaran:D, berharap bertemu banyak orang yang memiliki semangat yang sama, sehingga kita bisa berjuang bersama. Jadi, ini tidak semata-mata bagaimana menulis dengan narasi canggih dan deskripsi memukau yang pilihan diksinya bisa membuat kita dianugerahi gelar sebagai si penulis fenomenal maupun kacangan. Menulis saya kira melebihi pesan moral yang disisipkan di dalamnya, yaitu sinergi, sebuah kesinambungan dan hubungan yang riil. Ada kontribusi, kerja-kerja, dan lahirlah sebuah karya.

Apakah saya masih muluk? Entahlah, namun dengan demikian saya bisa menggugat. Jika negara dikelola dengan benar maka kegeraman-kegeraman ini tak perlu menyiksa saya. Kata-kata Pelecehan Terhadap Rakyat Indonesia tak perlu muncul di benak setiap kali saya melihat  'orang-orang yang dikalahkan penderitaan' menjadi gila dan dibiarkan di jalanan. Juga kata-kata itu akan muncul manakala melihat para lansia masih berjibaku dengan kebutuhan perut sementara untuk membawa tubuh saja adalah beban tersendiri.................arrrghhhh.

Saya suka menulis....bisa jadi karena fenomena-fenomena sosial itu membuat saya tak berdaya, meski sudah melawan, meski hanya kecil, yang tak berarti bagi masalah yang besar-besar.....:(

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun