Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Novel Inspirasi: Sebongkah Tanah Retak

16 November 2010   08:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamala Chandrakirana, Pembela HAM Setiap tahun ratusan ribu perempuan meninggalkan kampung halaman dan tanah air demi masa depan anak dan keluarganya. Rida Fitria telah merajut cerita hidup Ijah - tokoh utama novel ini- dari realita hidup dan perjuangan jutaan perempuan Indonesia. Pergulatan Ijah juga sebuah kisah tentang kekuatan diri dan penguatan bersama kaum perempuan yang senasib. Novel ini adalah potret bangsa - dari sudut pandang perempuan desa - di tengah arus deras globalisasi yang menarik dan merenggut, mendobrak dan menghantam, menutup dan sekaligus membuka. Pipiet Senja, Penulis. Lakon yang mengharu biru kalbu, siapapun yang membacanya niscaya akan berdecak kagum. Salut atas perjuangan yang tiada pernah kenal arti menyerah. Bahwa TKW dimanapun senantiasa berada dalam posisi yang lemah, seyogyanya pemerintah segera menghentikan segala bentuk kezaliman dan pemerasan terhadap mereka, dan menggantinya dengan lahan pekerjaan, wira usaha yang memudahkan di kampung masing-masing. Triani Retno A, Penulis. Perempuan sering dianggap sebagai makhluk lemah. Akan tetapi di balik 'kelemahan' itu perempuan menyimpan kekuatan dan ketegaran luar biasa. Sebongkah Tanah Retak mengangkat kekuatan dan ketegaran ini dengan sangat apik melalui kisah Khadijah, perempuan lereng gunung Lemongan yang berkeinginan kuat untuk untuk memperbaiki hidup. Dari Khadijah, kita belajar untuk bisa bertahan di atas kaki kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun