Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten dengan keunikan budaya yang ada di Provinsi Jawa Timur. Keunikan tersebut ditunjukkan melalui adanya suku osing yang ada pada wilayah tersebut. Dari adanya suku tersebut membuat kekentalan budaya masih ada di Kabupaten Banyuwangi. Perekonomian masyarakat Banyuwangi dapat dikategorikan dalam dua kategori yaitu pertanian dan perikanan. Hal ini didasari oleh kondisi topografi yang ada di kabupaten banyuwangi terdapat area pergunungan dan area pesisir.Â
Namun kedua sektor tersebut hanya menjadi sektor andalan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian dengan menghitung LQ (Location Quotient) dan DLQ.Â
Menunjukkan bahwasanya sektor yang unggul meliputi sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Konstruksi, Jasa Pendidikan, dan Jasa Lainnya. Adapun sektor yang unggul adalah Petanian, Kehutanan, dan Perikanan dan Transportasi dan Pergudangan.Â
Dari hal tersebut menunjukkan bahwasanya pertanian dan perikanan belum menjadi sektor unggulan pada Kabupaten Banyuwangi.Â
Salah satu sektor unggulan yaitu industri manufaktur. Dari hal tersebut menunjukkan bahwasanya pada pada kabupaten Banyuwangi telah masuk beberap industri manufaktur. Masuknya industri tersebut umumnya berada pada pinggiran wilayah kabupaten Banyuwangi.Â
Dimana pada wilaayah pinggiran umunya masih banyak terdapat lahan pertanian. Jika semakin masifnya pembangunan industri manufaktur dapat berpengaruh terhadap lahan pertanian yang ada, sehingga dapat mengurangi kuantitas dari hasil produksi yang ada. Hal tersebut dapat menggangu dari sebagai sektor andalan menjadi sektor unggulan di bidang pertanian.
Salah satu unggulan dari sektor pertanian di Kabupaten Banyuwangi adalah cabai. Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu sentra produksi cabai terbesar di Jawa Timur.Â
Dalam munujang hal tersebut pemerintah membuat program pengembangan untuk sentra tanaman cabai pada enam belas kecamatan pengembangan antara lain Srono, Cluring, Gambiran, Singojuruh, Songgon, Siliragung, Genteng, Sempu, Kalibaru, Wongsorejo, Purwoharjo Cluring, dan lain sebagainya (Wardono (S. Edwards) 2020).Â
Dari program tersebut menunjukkan adanya peningkatan pertanian cabai di Banyuwangi sebagai sektor unggulan. Namun beberapa tahun kebelakang terjadi penurunan produksi pada cabai di Banyuwangi. Hal ini di akibatkan dari adanya pengurangan lahan. Pengurangan lahan tersebut dapat terjadi dari beberapa faktor yaitu alih fungsi lahan sebagai perumahan/permukiman dan industri . Jika dilihat berdasarkan sektor unggulan industri manufaktur masuk didalamnya. Sehingga dapat di perkirakan jika industri manufaktur yang menjadi penyebab alih fungsi lahan tersebut.Â
Selain dari faktor tersebut terdapat faktor yang mempengaruhi yaitu harga jual cabai yang semakin menurun sehingga  banyak petani yang menunda penanaman dan panen cabai. Harga cabai tersebut berdasarkan dari mekanisme pasar dan kesepakatan bersama bagi petani yang bermitra dengan pedagang dan perusahaan industri pengolahan pangan (Wardono 2020). Dari hal tersebut menunjukkan bahwasanya kurangnya pengaturan harga cabai oleh pemerintah sehingga tidak adanya permainan harga di dalamnya.
Untuk menjadikan sektor unggulan dibutuhkan tinjauan dari dokumen-dokuemn perencanaan yang ada. hal ini dikarenakan dengan melihat dokumen-dokomen tersebut dapat menunjukkan apa yang akan di usung dalam perencanaan kedepannya. Dokumen perencanaan tersebut Dario tingkat provinsi maupun kabupaten.Â