Mohon tunggu...
Rico Ricardo Lumban Gaol
Rico Ricardo Lumban Gaol Mohon Tunggu... Penulis - Energi terbarukan bukanlah energi alternatif, melainkan jawaban dari kerisauan kedepannya

SEO Expert bidang Energi Terbarukan 2022 Kegiatan sehari-hariku masuk keluar wilayah 3T mendampingi wilayah-wilayah yang belum tersentuh listrik PLN samasekali. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Robot Penghibur #5

12 Oktober 2022   11:30 Diperbarui: 13 Oktober 2022   08:57 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepict, Dana desa masih sering dikorupsi, kok bisa?

"Betapa sadisnya kau Pak Pakar," geramku dalam hati saat mendampingi kegiatan di hari pertama ini. Sesekali mendapat cerita terkait pak Pakar dan orientasinya ada di desa tersebut. Ternyata beliau seorang kepala Sekolah Dasar.


Beliaulah yang mengendalikan semua pembangunan yang ada di desa. Beliau juga yang mengendalikan Kepala Kampung dan tentu saja Dana yang ada di Desa. Termasuk juga penggerak-robot-robot yang ada di tengah-tengah kampung.


"Baik Mam-Nek, internetnya sudah saya lihat. Penggunanya yang selama ini memang dibatasi, sudah saya buka untuk umum. Namun perlu diketahui, batas maksimal yang bisa terhubung hanya 6 HP. Jadi, apabila Mam-Nek ingin terhubung dengan internetnya maka kita perlu membuat kesepakatan terkait waktu untuk bergiliran. Dan sebelum Mam-Nek terhubung, ijinkan saya untuk menyampaikan terkait kegunaan dari internet itu sendiri," jelasku pada mereka yang begitu bersemangat mendengarkan sembari menghujat-hujat nama pak Pakar.


"Sebagai kepala sekolah harusnya pak Pakar paham apa yang harus dilakukannya untuk warga kampung ini. Apa yang harusnya kau lakukan tapi tak kaulakukan, jangan salahkan aku pak Pakar kalau suatu saat nanti kau akan masuk pada perangkap yang kau buat sendiri," pikirku dalam hati sembari jalan menuju rumah setelah kegiatan hari ini selesai.


Hari baru bagiku dan bagi mereka


"Taringot au
Taringot au uju tinggal di huta
Taringot au, tuakka dongan magodangi
Molo tikki poltak bulan
Marendei di alaman raphon dohot namar baju
Mekel-ekel tung maccai sonang," senandung di malam ini begitu pecah.


Takkan terlupakan saat-saat seperti ini, aku selalu teringat masa-masa seperti itu setiap purnama tiba. Anak-anak berlarian, pemuda-pemudi beriringan lagu, dan orang-orang tua berkumpul bercanda tawa. Sampai suatu malam, ketika anak-anak muda yang berada di depan laptopnya masing-masing terdiam tanpa sepata kata.


Aku memainkan alis mataku dari ruangan sebelah ke ruangan di mana anak-anak muda sedang berlatih menggunakan laptop, bermaksud bertanya apa yang terjadi sehingga ruangan seketika membisu. Akupun mendapatkan kode ke arah Timur, arah di mana pintu utama Kantor. Malam hari memang waktu yang tepat bagi kami melakukan pelatihan penggunaan komputer khususnya penggunaan microsoft word.


Dan tiba-tiba, "Keluar kau anjing! Biadab kau ya. Kau merusak semua yang sudah kubangun di desa ini. Ga tau kau berapa uang habis membangun kantor ini? Internet ini semuanya bukan pakai uangmu! ini tenagaku terkuras! Sini kau maju kalau berani," suara menggelagar pak Pakar dari ruang tengah sembari ke arah ruangan di mana aku berada.

Bersambung... (Di balik robot penghibur #theend)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun