Mohon tunggu...
Rico Simanjuntak
Rico Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Penggerak Pangan Lokal Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Money

Bulog 'Mandul' Jaga Kedaulatan Pangan

19 Mei 2017   15:51 Diperbarui: 19 Mei 2017   16:02 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Apa Dengan Bulog

Jika disimpulkan secara sederhana, tentunya wajar kekhawatiran publik dibalik dari apa yang ditorehkan Bulog saat ini. Pertanyaanya apa saja kekhawatiran itu?.

Pertama, jangan-jangan Bulog sengaja tidak optimal menyerap gabah petani agar bisa kembali mengimpor beras. Hal ini wajar, karena roh yang miliki Bulog saat ini setelah menjadi perusahan umum negara, dituntut untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Bulog tidak lagi sesuai dengan tujuan awal. Bulog sebagal satu-satunya lembaga negara yang bertugas menyediakan stok pangan nasional dan menjaga stabilitas harga.

Kedua, para tengkulak yang leluasa hadir di tengah petani membeli gabah dengan murah merupakan jaring laba-labanya Bulog. Ini merupakan fenomena klasik, agar Bulog tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya sehingga dapat meraup keuntungan besar tanpa lelah.

Oleh karena itu, kinerja Bulog saat ini merupakan ancaman atau duri dalam daging bagi pemerintah yang begitu tinggi komitmennya mewujudkan kedaulatan pangan khususnya beras. Pemerintah harus cepat mengambil kebijakan afirmatif bahkan kebijakan yang dianggap keras tetapi sebagai faktor kunci untuk memperkokoh ketahanan beras nasional dan beras Indonesia bisa menjadi raja di pasar dunia.

Kebijakan tersebut yakni Presiden Jokowi tidak lagi memberikan kesempatan kepada para jajaran direksi saat ini untuk menahkodai Bulog. Presiden Jokowi langsung saja mencopot dengan menggantikannya dari orang-orang yang serius, ulet dan bekerja benar-benar demi merah putih. Bukan sosok yang sudah menjalin hubungan mesra atau kontrak dengan para mafia pangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun