Mohon tunggu...
Rico Simanjuntak
Rico Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Penggerak Pangan Lokal Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mafia Cangkul Lecehkan Kedaulatan Pangan

2 November 2016   11:18 Diperbarui: 2 November 2016   17:55 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk cangkul impor dari China (Foto: Tribunnews.com)

Kedua, Januari-Agustus 2016 impor jagung turun 61% serta tidak impor beras premium dan bawang merah. Ketiga, ekspor beras organik naik 67%, ubi kayu 25%, cabai 12%, daging ayam dan telur jauh lebih tinggi dibandingkan 2015. Keempat, NTP naik menjadi 101,66 dan NTUP 109,65. Kelima, PDB Sektor Pertanian Kuartal-II 2016 tumbuh 11,90% dibandingkan Kuartal-I 2016 dan tumbuh 3,23% dibandingkan Kuartal-II 2015. Dan keenam, penduduk miskin di perdesaan Maret 2016 sebanyak 17,67 juta jiwa turun 0,22 juta jiwa dibandingkan September 2015.

Namun, capaian-capaian ini dengan mudah dinodai atau dilecehkan oleh mafia cangkul yang mengimpor cangkul dari China. Tentunya hal ini tidak pernah terpikir ada dalam benak siapapun, tetapi inilah fakta yang terjadi. Fakta ini semakin jelas membangunkan kepolosan kita bahwa dari hal kecil saja dapat dijadikan pihak-pihak tertentu untuk merusak kedaulatan bangsa khususnya kedaulatan ekonomi dan pangan.

Oleh karena itu, untuk mengamankan negara ini dari ancaman mafia cangkul, pemerintah harus secepatnya membersihkan negara ini dari mafia cangkul. Hal ini sangat mendesak agar mereka tidak melakukan lagi upaya-upaya lain yang lebih merugikan negara dan rakyat. Keberadaan mafia cangkul sangat bertentangan dengan tekad Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia Hebat dan Bersih dari korupsi serta membangun kedaulatan pangan. Masyarakat pun pasti sangat terganggu dengan adanya impor cangkul. Sebab mereka mampu memproduksi cangkul dan banyak hidup mereka gantungkan pada membuat cangkul. Untuk itu, mafia cangkul sebuah keniscayaan untuk diberantas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun