Oleh karen itu, untuk mempertahankan prestasi pangan saat ini, pemerintah harus melibatkan elemen pemuda yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa (lingkungan, agama dan sosial-budaya). Sebab, pertanian tidak bisa dipisahkan dengan unsur budaya. Pertanian bisa ada dan bertahan lama sampai saat ini di tengah gerusan globalisasi karena masih melekatnya nilai-nilai luhur pada masyarakat.
Selain itu, Josep E. Stiglitz saat memberikan kuliah umum di Jakarta (14/12/2005) mengatakan Indonesia agar fokus pada kepentingan jutaan warga, dengan fokus pada sektor pertanian. Pasalnya, mayoritas penduduk masih tinggal di pedesaan dan mayoritas adalah petani. Indonesia juga sangat kaya sumberdaya alam, oleh karena itu, memperhatikan pengembangan pertanian adalah tugas yang mau tidak mau harus dilakukan karena Indonesia tidak bisa mengabaikan keberadaan penduduk seperti itu.
Untuk mengejawantahkan pernyataan ekonom kaliber internasioanal tersebut, mau tidak mau konsep pembangunan pertanian harus mengacu pada kearifan lokal masyarakat setempat dan mengembangkan komoditas sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing. Menjunjung tinggi nila-nilia luhur bangsa yang melekat pada masyarakat petani menjadi kunci pertanian sebagai wadah untuk membebaskan petani dan negara dari kemiskinan. Elemen pemuda yang paham inilah yang menjadi ujung tombak perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H