Mohon tunggu...
Rico Anwar
Rico Anwar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ade Komaruddin Berguru pada BJ Habibie

15 April 2016   10:52 Diperbarui: 15 April 2016   11:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="foto pribadi,"][/caption]Tidak semua orang dapat mengakui kehebatan dan kecerdasan orang lain, apa tah lagi jika dia seorang pejabat negara, dengan jabatan dan kekuasaan yang di milikinya akan membuat sebagian orang berpikir bahwa tidak ada lagi yang perlu diperlajari dari orang lain atau untuk apa lagi mengakui kehebatan orang lain toh apa yang didapatnya saat itu adalah suatu kehebatan yang tidak semua orang dapatkan. Sikap mengakui kehebatan orang lain akan hadir pada orang-orang yang faham betul tetang falsafah perjuangan, falsafah kehidupan dan falsafah kemanusiaan. Dari memahami falsafah-falsafah tersbut dapat memberikan satu konsepsi yang praktis tentang hakikat manusia sebagai mahluk sosial, manusia sebagai mahluk Tuhan dan manusia sebagai individu yang tidak bis aberdiri sendiri dan selalu membutuhkan manusia lainnya.

Hakikat seperti inilah yang telah dicapai oleh Ade Komaruddin, sebagai seorang Ketua DPR RI, yang dengan kesibukan yang begitu luar biasa, namun ditengah-tengah kesibukannya tak lupa dia menyadari bahwa dia membutuhkan nasehat, wejangan, arahan dan bimbingan dari seorang yang memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang luas. Orang inilah yang disebut dengan Guru. Guru ibarat pelita yang menjadi penerang dalam gulita.

Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam. Dalam hadis Nabi: "Tinta para ulama lebih tinggi nilainya daripada darah para shuhada". (H.R Abu Daud dan Turmizi).

Dengan kesadaran atas kahikat-dan falsafah tersebutlah, Akom selalu datang berguru kepada orang-orang yang berilmu, sebagaimana yang dia lakukan Kamis malam (14/4/2016) dikediaman mantan Presiden ke-3 BJ. Habibie untuk meminta ilmu dan wejangan untuk menjadi pemimpin yang baik, menjadi manusia yang baik dan mengelola negara yang baik. Hal seperti ini telah dilakukan oleh Akom (sapaan akrab Ade Komaruddin) sejak masa kecil. Saat kecil, dimana anak-anak sebayanya di Kampung Benteng Purwakarta hanya asik bermain, namun tidak dengan Akom, dia bukannya pergi bermain tetapi peri belajar mengaji, belajar main tentang ilmu-ilmu agama di seorang guru di kampong itu. Hal ini berlanjut  ketika dia masuk disebuah pesantren, dipesantren konsep belajar dan menghormati guru sangat kental diutamakanya dan ini sangat memberikan pengaruh yang cukup kuat membentuk karakter Akom sebagai politisi.

Pada masa kuliah, sikap haus akan diskusi dan belajar semakin membuatnya menggebu-gebu dalam mencari ilmu. Tidak jarang dianggap Akom sebagai mahasiswa yang dianggap tidak waras, karena setiap kemana-mana selalu ditangannya ada buku, setiap perbincangan dengan siapa saja yang dia temui selalu diajak diskusi dan berdebat tentang politi, hukum, kondisi bangsa dan kebudayaan. Mungkin karena ditambah dnegan budaya dialegtika di organisasi yang waktu itu dia geluti yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di HMI Akom merupakan organisasi kemahasiswaan yang dia pilih sebagai wadah untuk mengekspresikan hasrat keintelektualannya, bersama teman-teman HMI dia aktif berdialegtika, menggali kajian-kajian filsafat dan politik secara radikal. Di HMI juga dia dibentuk nilai-nilai penghormatana terhadap senior atau orang yang berilmu, karena mereka pembimbing menuju tajjaliat Ilahi.

Saat menjadi seorang bejabat negara seperti saat ini, tradisi dan sikap seperti itu masih sungguh mengental. Ditambah dengan kesadaran drinya yang hakikat atas kegelisahan dan jiwa serta kehausan hasrat untuk kebenaran dan kebijaksanaan, dengan dorongan itulah dia datang ke rumah BJ. Habibie, seorang yang sangat terkenal di dunia, ilmuan yang sungguh sangat disegani oleh ilmuan-ilmuan Barat dan Eropa, tetapi di Negerinya sendiri kurang dihargai.

Ade Komaruddin datang hanya untuk diberikan nasehat-nasehat terhadapnya dari seorang Ilmuan terkemuka itu, nasehat tentang kebijaksanaan dan politik. Karena, seorang Habibie, bukan saja ahli dalam sain dan tekhnologi, tetapi juga merupakan seorang ilmuan yang ahli dalam politik dan pemerintahan, sehingga itulah sebagian cendekiawan menainya sebagai Imuan yang berpolitik dan bukan sebaliknya politik ilmuan. Tentu pengalaman dan pengetahuan yang Habibie pernah rasakan secara langsung dalam mengelola pemerintahan dan politik Indonesia dimasa-masa krisis dan resesi ekonomi itulah yang ingin di dengar oleh Akom.

Habibie pun menerima Akom dengan tangan terbuka, sebab seorang Habibie sungguh sangat terbuka dan senang jika ada seorang pejabat yang punya kesadaran keilmuan dan kemanusiaan seperti Akom datang dan meminta nasehatnya, dan itu sunggu sangat langka kata Bapakan Dirgantara Dunia ini. Pada malam itu, terjadilah perbincangan seorang Guru dan seorang murid yang begitu khidmat, penuh dengan nuansa hakikat dan nasehat-nasehatnya merobek-robek kesadaran berpikir yang selama ini tertutupi tirain hitam kekuasaan dan politik yang pragmatis.dan nasehat-nasehat yang diberikan oleh Habibie tersebut merupakan pelita ditengah-tengah kegelapan, pelangi yang menghiasi bebukitan yang luas dan air yang segar dari oase yang jernih bagi para musafir di padang pasir.

Perbincangan keduanya, murid dan Guru, Akom dan Habibie, begitu sangat intim, disaksikan oleh para sahabatnya yang lain. Mereka hanya diam, hening, sambal meresapi untaian demi untaian yang diwejangkan oleh sang Inteketual tersebut. Akom terdiam sejenak, tertegun dan kemudian tegap. Seolah mendapatkan sundikan semangat, mendapatkan jalan yang terang atas semua persoalan yang dia hadapi. Hingga usai pembicaraan tersebut, Akom terlihat sangat bahagia, penuh semangat, tekadnya semakin kuat dan penuh harapan-harapan perubahan.

Dan hal yang dilakukan oleh Akom tersebut, bukalah karena Akom tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam hal tersebut, tetapi lebih sebagai penyempurna kebijaksanaan. Karena orang yang berilmu atau seorang Guru adalah orang yang telah mendapatkan rahmat dan ilham dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan sebaliknya, orang yang tergerak hatinya untuk datang belajar kepada seorang guru tersebut juga adalah orang yang telah mendapatkan hidayah, rahmat dan ilham dari Tuhan Yang Maha Adil. Semoga Tugan selalu membimbing Akom dan kita smeua kepada jalan yang benar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun