Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasus Mirna: Dokter Forensik Bersaksi, Mengapa Poin Ini Dilupakan?

31 Agustus 2016   22:10 Diperbarui: 10 September 2016   15:29 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kembali mengelar perkara pidana kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa tunggal Jessica Kumala Wongso. Pada persidangan hari ini Jaksa Penuntut Umum menghadirkan dr. Budi Sampurna (Dokter Forensik RSCM Jakarta).

Keterangan dr. Budi Sampurna:  ‘’Formalin yang berfungsi untuk mengawetkan mayat itu masuk ke dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Pemeriksaan di bagian kepala melalui pemeriksaan ct scan juga dilakukan tetapi tidak ditemukan sianida.’’

Nah jika dr. Budi Sampurna dalam keteranganya mengatakan formalin itu menyebar ke seluruh tubuh. Apakah formalin bisa masuk ke jaringan otak dan jantung?

Pertanyaan ini penting karena yang diserang oleh Natrium Sianida adalah otak dan jantung. Itu artinya kalau otak dan jantung menjadi bagian yang terserang racun mematikan tersebut, harusnya ada ditemukan bekas sianida di bagian otak dan jantung tersebut.

Tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan ct scan yang dilakukan dr. Budi Sampurna, tak ditemukan sisa sianida di bagian otak? Pertanyaan selanjutnya, tidak ditemukannya bekas sianida di otak pada saat pemeriksaan ct scan dilakukan, apakah itu disebabkan oleh efek dari formalin yang mengakibatkan hilangnya bekas sianida yang menyerang bagian jantung manusia ketika manusia mengalami keracunan sianida yang merupakan salah satu zat paling mematikan karena sifatnya korosif.

Pertanyaan selanjutnya; Sianida menyerang otak dan jantung, lalu bagaimana tanda-tanda  pada otak dan jantung orang yang mengalami keracunan sianida? Pertanyaan ini paling penting mengingat Mirna keracunan sianida dan sianida menyerang otak dan jantung.

Jika demikian, pasti ada tanda-tanda bekas serangan sianida di bagian otak dan jantungnya. Jika tidak ada tanda-tanda bekas serangan sianida di bagian otak dan jantung orang yang keracunan sianida, bagaimana bisa menyakinkan Majelis Hakim Yang Mulia , bahwa Mirna mati karena sianida?

Selain itu pertanyaan lain yang harusnya digali dr. Budi Sampurna adalah: Jika sianida dapat menyebabkan korosif dan iritasi. Pertanyaannya: Apa yang terjadi pada lambung, lidah, tenggorokan dan kerongkongan manusia yang menelan sianida ?

Kemudian bagaimana kerja jantung jika keracunan sianida tetapi tidak ditemukan tanda-tanda bekas serangan sianida di bagian jantung? padahal sianida menyerang jantung. Pertanyaan itu menjadi penting karena sianida ini berdasarkan keterangan ahli bersifat panas dan bisa menyebabkan dinding lambung saja bisa terbakar, maka dengan kondisi atau keadaan seperti itu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh manusia sehingga tidak meninggalkan bekas serangan sianida dilambung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun