Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Mirna: Hal-hal Penting yang Meringankan Jessica Terlewatkan, Apa Saja?

15 Agustus 2016   23:19 Diperbarui: 3 Oktober 2016   11:35 2702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jessica Kumala Wongso (Photo: Liputan6.com)

Bagaimana mungkin ekspresi seorang suami ketika mendapat kabar buruk tentang istrinya bisa bersikap tenang seperti itu, apakah itu lazim? Dan mengapa tidak timbul ekspresi seperti panik dan marah-marah kepada Hani, seperti misalnya Han, lu apain nih istri gue, kenapa dia sampe gitu (kejang-kejang, dan mulutnya mengeluarkan busa), lu kasih apa sih dia,kok sampe gitu kondisinya? Bahkan yang lebih ekstrem misalnya; langsung datang ke Olivier Cafe dan marah-marah dengan peracik kopi atau pelayan di Olivier Cafe bahkan hingga menghubungi polisi.

Nah harusnya ada ekspresi marah dari suami Mirna ketika Hani memberitahu kondisi Mirna yang memburuk  tetapi yang terjadi bukan marah. Yang terjadi justru meminta agar Hani memberikan Mirna teh manis hangat.  Bahkan selain tidak ada ekspresi marah, tidak ada pula ekspresi panik.

Aneh tidak ada ekspresi panik disaat istrinya sedang memburuk kondisinya,  jadi ada apa dengan suami Mirna sehingga dia tidak bisa mengekspresikan panik atau marah disaat istrinya sudah dalam kondisi yang memburuk (kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan buih), ada apa dengan ekspresinya?

Bayangkan suami Mirna mengantar Mirna ke Olivier Cafe , saat itu Mirna kondisinya sehat, tetapi kemudian mendadak  mendapat kabar istrinya kondisi istrinya sedang buruk, tetapi tidak panik dan tidak marah? Apakah wajar tak ada ekspresi panik ketika orang yang kita sayangi (kita nikahi) dalam kondisi yang buruk (kejang-kejang dan dari mulutnya mengeluarkan buih), apakah itu wajar?

Ketiga. Selain itu ahli juga mengatakan bahwa: Seseorang tertentu bisa memodifikasi perilakunya. Yang harus ditanyakan Otto Hasibuan dalam persidangan tadi tetapi kembali terlewatkan adalah:Seseorang tertentu yang ahli maksud itu siapa? Apakah ada potensi terdakwa bisa melakukannya hanya karena bahasa tubuhnya yang aneh menurut ahli. Jika demikian pertanyaannya mudah saya balik. Suami Mirna tanpa ekspresi saat mengetahui kondisi istrinya yang memburuk tapi tak bereskpresi panik atau marah, apakah itu masuk ke dalam kategori ‘’seseorang tertentu’’ yang ahli maksud ? Tapi sayangnya poin penting bagian ketiga ini juga diabaikan oleh Otto Hasibuan.

Keempat. Ahli juga dalam pendapatnya tadi menyimpulkan bahwa Jessica waras dan sadar. Maka harusnya pertanyaan dilayangkan Otto Hasibuan adalah: Nah, jika ahli mengatakan demikian, pertanyaannya adalah apakah wajar orang yang waras melakukan pembunuhan berencana di tempat yang ramai dengan menggunakan racun di cafe? Apakah wajar orang melakukan pembunuhan berencana di tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya? Apakah wajar kalau seorang melakukan pembunuhan berencana di meja yang bukan pilihannya (meja nomor 54) ?

Karena yang namanya pembunuhan berencana, pelaku akan terlebih dahulu menentukan tempat dan kondisi yang menurutnya aman  dan tidak berbahaya untuk mewujudkan niat jahatnya tersebut. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah cafe lazim atau wajar dijadikan sebagai tempat pembunuhan berencana? Itulah poin-poin yang bisa meringankan Jessica, tetapi semua poin diatas diabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun