Sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso kembali digelar hari ini di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam persidangan kali ini, Jaksa Penuntut Umum menghadirkan Antonia Ratih Anjarani (Ahli Psikologi Klinis/Psikolog Klinis). Namun dalam persidangan hari ini ada 1 point besar yang terpaksa terlewatkan oleh Otto Hasibuan, Point besar itu menyangkut persoalan di luar bahasa tubuh Jessica Kumala Wongso.
Dalam keterangannya, ahli menyatakan bahwa bahasa tubuh Jessica tidak lazim saat melihat Mirna mengalami kejang-kejang. Namun di saat ahli memberatkan Jessica, ternyata ada satu point besar yang dilupakan Otto Hasibuan yakni soal sikap suami Mirna, Arief Sumarko yang berdasarkan keterangan Hani, menunjukan keanehan:
Kesaksian Hani ( 13 Juli 2016) –
Saya kemudian minta tolong, saya coba bangunin, tapi dia no respon. Pegawai kafe langsung pada datang dan nanya saya, anda keluarganya? Saya bilang bukan. Makanya saya langsung nelpon Arief untuk mengabarkan kondisi Mirna yang memburuk, yang kebetulan kata Mirna dia (Arief) masih baru ada disekitar GI.
Arief diujung telpon meminta agar istrinya diberikan teh manis hangat. Terus aku bilang,’gue gak berani, dia udah kejang terus mulutnya berbusa.Dan keterangan Hani ini harusnya kembali dibacakan Otto, toh ada dalam BAP.
Nah, jika kita kembali mencermati kesaksian Hani pada 13 Juli 2016 jelas lah sudah bahwa pada saat itu Hani menghubungi suami Mirna untuk memberitahukan kondisi Mirna yang memburuk, tetapi pada saat itu yang terjadi justru suami Mirna tidak menunjukan ekspresi panik akibat kabar yang disampaikan Hani melalui handphonenya tersebut. Lalu inilah beberapa pertanyaan yang bisa meringankan Jessica namun dilupakan Otto Hasibuan.
Pertama.
Dalam keterangannya,ahli menyatakan bahwaJessica bisa tampil tenang, percaya diri, kalem jika berada dalam kondisi yang sudah diantisipasinya, diluar itu emosinya tersulut/terpicu.Maka pertanyaan yang harusnya ditanyakan kepada ahli adalah:jika itu pendapat ahli terkait bahasa tubuh Jessica, maka pertanyaan sederhananya adalah; bagaimana dengan ekspresi yang ditunjukan suami Mirna ketika mendengar kabar bahwa kondisi Mirna memburuk, kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan busa, karena berdasarkan keterangan Hani tertanggal 13 Juli 2016, suami Mirna meminta agar Hani memberi Mirna teh manis hangat?Â
Nah tentu dari keilmuan ahli, apakah wajar ekspresi seorang suami saat mendadak mendapat kabar bahwa kondisi istrinya memburuk dengan gampangnya mengatakan berikan saja teh manis hangat tanpa ada ekspresi marah atau panik, apakah ini wajar? Mengapa yang terlihat justru ekspresi yang tenang - (mengatakan berikan saja teh manis hangat)? Mengapa tidak timbul kepanikan?
Kedua.
Dalam keterangan lainnya ahli juga mengatakan bahwa: Perilaku Jessica tak lazim saat Mirna meninggal.Maka pertanyaan yang harusnya dicecar kepada ahli adalah: Ada apa dengan ekspresi suami Mirna ketika mendapat kabar melalui handphone bahwa Mirna kondisinya memburuk, kejang-kejang dan mulutnya berbusa, mengapa justru tidak berekspresi. Karena yang terjadi justru suami Mirna hanya meminta agar Hani memberi Mirna teh hangan panas saja , padahal sebelumnya Hani sudah memberitahukan kondisi Mirna yang sebenarnya.