[caption caption="Koalisi Merah Putih (KMP) - Dok: Kompas.com"][/caption]Koalisi Merah Putih (KMP) yang dideklarasikan pada 20 Mei 2014 untuk mendukung penuh dan solid terhadap pasangan Prabowo-Hatta menghadapi pasangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu resmi bubar. Bubarnya Koalisi Merah Putih besutan Prabowo Subianto tak lain adalah disebabkan oleh semua partai yang selama ini bermuara di Koalisi Merah Putih, pada akhirnya memilih putar haluan mendukung Jokowi-JK. Sang penggagas utama berdirinya Koalisi Merah Putih (KMP) adalah Ketua Umum Gerindra, Prabowo yang mana saat itu Prabowo bersama Golkar, PPP, PKS dan PAN sepakat membentuk sebuah koalisi yang diberi nama Koalisi Merah Putih. Namun kini Koalisi Merah Putih telah bubar dan hanya menjadi kenangan manis bagi Prabowo Subianto yang tak akan pernah dilupakannya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Koalisi Merah Putih bubar. Pertama, manuver awal yang dilakukan oleh Partai Amanat Nasional pada 3 September 2015 yang dikomandoi oleh Zulkifli Hasan mulai menimbulkan kecemasan bagi Koalisi Merah Putih, terutama pendiri Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto. Bagaimana tidak cemas, Prabowo adalah sang penggagas berdirinya Koalisi yang sudah membuat kesepakatan bahwa Koalisi Merah Putih disepakati sebagai koalisi permanen ini. Namun pada akhirnya kecemasan Prabowo akan kesepakatan koalisi permanen mulai goyang setelah melihat Zulkifli Hasan bermanuver dan bertemu dengan Jokowi dan menyatakan bahwa Partai Amanat Nasional terhitung 3 September 2014 resmi mendukung Jokowi-JK.
Goyangnya Koalisi Merah Putih tak lain disebabkan gagalnya Hatta Radjasa dalam berebut kursi Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Dimana saat itu terjadi pertarungan dalam memperebutkan kursi Ketua Umum PAN, antara Zulkifli Hasan dan Hatta Radjasa. Hatta saat itu dianggap sebagai tokoh yang paling potensial untuk kembali memimpin PAN, tetapi yang terjadi justru Hatta keok, dan Zulkifli Hasan menang. Kemenangan Zulkifli Hasan ini membuatnya harus berhitung secara cermat mengenai masa depan PAN yang saat itu masih di dalam gerbong Koalisi Merah Putih bersama Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Amien Rais, Suryadharma Ali dan Anis Mata. Setelah berhasil menjungkirbalikkan Hatta dalam perebutan kursi Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan akhirnya memutuskan untuk berhitung dengan cermat. Dan tanpa disangka-sangka, ternyata Zulkifli Hasan mampu melihat bahwa PAN membuat kesalahan besar jika terus berada dalam gerbong Koalisi Merah Putih yang dideklarasikan di Tugu Ploklamasi, Jakarta. Hingga pada akhirnya keputusan putar haluan mendukung Jokowi-JK dan meninggalkan gerbong Koalisi Merah Putih mengejutkan Prabowo dan makin membuat Prabowo tak tenang karena salah satu kekuatannya yang selama ini dibangun bersama Hatta Radjasa-PAN rontoh dan roboh sejak Zulkifli Hasan mengomandoi Partai Amanat Nasional.
[caption caption="Koalisi Merah Putih (KMP) - Dok: Kompas.com"]
Setelah dua Munas selesai digelar, ternyata konflik yang terjadi di internal Golkar makin tajam dan main runcing. Saling gugat-menggugat di pengadilan hingga berujung pada dicabutnya SK untuk Munas Ancol dan tak dikeluarkannya SK untuk Munas Bali membuat komandan Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto makin pusing tujuh keliling. Pertemuan-pertemuan pun sudah diusahakan Prabowo agar kedua kubu kembali bersatu dan tetap berada di dalam gerbong Koalisi Merah Putih. Namun apa daya, takdir lagi-lagi menghampiri Komandan Koalisi Merah Putih, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2015, Partai Golkar resmi menjadi partai yang tidak memiliki legalitas dari pemerintah. Manuver dua kubu pun masih terus berlanjut, aksi copot-mencopot anggota F-Golkar di Parlemen oleh Setya Novanto dan Aburizal Bakrie makin menambah kegusaran dan kepeningan dari Prabowo. Prabowo melihat bahwa aksi Aburizal Bakrie dan Setya Novannto akan membuatnya kembali menelan pil pahit.
[caption caption="Koalisi Merah Putih (KMP) Dok: Kompas.com"]
Namun sebelum SK turun, Golkar yang terpecah menjadi dua kubu, yakni kubu Munas Bali menyelenggarakan Rapimnas dan dalam Rapimnas itu pula Prabowo makin puisng tujuh keliling akibat keputusan yang menyakitkan dari Aburizal Bakrie yang memutuskan Golkar akan bersatu dan resmi putar haluan untuk bergabung dengan partai-partai pendukung pemerintah terhitung sejak tanggal 25 Januari 2016. Ketiga. Sejak Partai Amanat Nasional dan Partai Golongan Karya meninggalkan Komandan utama dari Koalisi Merah Putih Prabowo Subianto, sejak saat itu pula Prabowo sebenarnya sudah pasrah akan masa depan Koalisi yang didirikannya ini, terlebih lagi Prabowo makin pusing tujuh keliling jika mengingat kembali manuver berani elit baru PKS yang bertemu dengan Presiden Jokowi di istana beberapa waktu yang lalu.
Beberapa waktu yang lalu, Partai Keadilan Sejahterah (PKS) berhasil membuat Prabowo mabuk kepayang akibat aksi manuver berani dari pimpinan baru PKS. Ternyata Munas yang diselenggarakan PKS beberapa waktu yang lalu berhasil membuat Prabowo harus kembali menelan pil pahit, karena Munas itu berhasil menyingkirkan loyalis Prabowo selama ini, salah satunya Anies Matta. Setelah dipimpin oleh Sohibul Iman, PKS praktis bergerak cepat, tak mau lagi bertele-tele untuk memikirkan Koalisi Merah Putih, perlahan tapi pasti, Sohibul Iman membawa sejumlah elit partai dakwah menemui Jokowi di Istana. Praktis saja kemesraan Jokowi dan PSK membuat Prabowo makin pusing-pusing karena sangat berpotensi ditinggalkan oleh PKS. Dan yang lebih menyakitkan lagi bagi Prabowo adalah ucapan Presiden PKS yang baru, Sohibul Iman yang kepada wartawan menyatakan PKS akan mendukung smeua program Jokowi dan menganggap semua program Jokowi selakma ini sudah snagat baik.
[caption caption="Koalisi Merah Putih (KMP) -Dok: Kompas.com"]
[caption caption="Koalisi Merah Putih (KMP) Dok: Twitlustrasi.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H