Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bursa Cagub DKI 2017: Gerindra Menyesal Kehilangan Ahok, PDIP dan NasDem Berpeluang Gandeng Ahok

28 Januari 2016   14:06 Diperbarui: 24 Februari 2016   00:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kompas.com"][/caption]Meskipun hingga hari ini baru hanya Partai Gerindra yang sudah membuka proses penjaringan bakal Calon Gubernur DKI Jakarta yang akan melwan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta pada 2017 mendatang. Partai lain pun akan menyusul untuk melakukan penjaringan calon Gubernur maupun calon Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pasalnya saat ini partai-partai politik sedang berhitung secara politik. Kalkulasi politik yang sangat cermat menjadi pertimbangan utama untuk memajukan bakal calon Gubernur DKI mengingat lawan yang akan dilawan hingga saat ini masih bertengger di posisi teratas dalam empat hasil survei yang dilakukan oleh empat lembaga survei.

Ada dua alasan utama mengapa saat ini banyak partai politik belum melakukan penjaringan bakal calon Gunbernur DKI Jakarta kecuali Gerindra yang sudah lebh dulu membuka proses penjaringanbakal calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada DKI 2017 mendatang, sekaligus sebagai hitung-hitung peluang Ahok pada Pilkada 2017.

Pertama. Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ahok akan terus dicermati oleh banyak partai politik, kecuali PPP dan PKS yang tak akan memasang atau memajukan Ahok. Kedua. Untuk bisa menguasai lebih banyak kantong-kantong suara atau mengambil alih kantong suara di DKI Jakarta, tentu partai politik akan secara cermat sedang memperhitungkan kemungkinan akan menggandeng Ahok pada Pilkada DKI 2017.

Tak ada yang tak mungkin dalam politik, sebab yang jadi perhitungan utama siapa yang bisa merangkul atau menggandeng Ahok, maka citra partai itu akan membaik ini karena faktor figur yang dimiliki partai tersebut jika berhasil meluluhkan hati Ahok dan berhasil menggandengnya. Dan keputusan Gerindra yang sudah melakukan proses penjaringan untuk bakal calon Gubernur DKI Jakarta juga bisa dinilai positif karena bisa membuat banyak calon yang akan dipasang kedepannya. Walaupun baru sampai pada tahap penjaringan, apa yang dilakukan oleh Gerindra yang sudah menjaring M.Taufik, M.Sanusi, Sandiaga Uno adalah tak lebih dari sekedar hiburan yang akan meramaikan Pilkada DKI 2017 mendatang, pasalnya masyarakat DKI sudah tahu secara jelas megenai prestasi dan track record dari nama-nama yang sudah dijaring tersebut.

Bahkan dalam proses penjaringan tersebut terbesit sebuah makna kekecewaan mendalam dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang mana pda proses penjaringan kemarin, M.Taufik juga menyinggung Ahok yang menyebut bahwa Ahok offside, yang bia diartikan sebgai bentuk kekecewaan Gerindra pada sosok Ahok yang meninggalkan Gerindra akibat keputusan Gerindra yang pada saat itu mendukung Pilkada dikembalikan kepda DPRD. Tak hanya M.Taufik, tetapi juga politisi Gerindra, Riza Patria juga mengungkapkan kalimat yang bisa ditangkap dan dipahami sebagai bentuk kekecewaan Gerindra terhadap Ahok.

Kondisi psikologi Gerindra saat ini pun terlihat sedang berupaya menyiapkan calon yang paling berpotensi menang untuk menghentikan langkah Ahok dalam memimpin ibukota negara Republik Indonesia, Jakarta. Tak pelak bagi penulis sindiran-sindiran yang disampaikan oleh nama-nama yang dijaring sebagai calon Gubernur DKI Jakarta tersebut tak lain adalah sebagai ungkapan hati yang paling mendalam dari Gerindra yang kini sudah kehilangan sosok yang paling berpotensi bisa mengangkat Gerindra.

Dan kalau dipahami dari sindiran-sindiran yang disampaikan oleh nama-nama yang masu dalam jaring untuk bakal calon Gubernur DKI tersebut terbesit sebuah kehendak dari Gerindra untuk menggandeng Ahok, namun Gerindra tak akan melakukannya dan akan melawan Ahok secara habis-habisan dengan nama-nama yang hingga kini masih disipakan oleh Gerindra. Terlebih lagi saat ini pengumpulan KTP untuk Ahok sudah melewati target dan ini bisa menjadi modal yang sangat baik dan penting bagi Aho untuk membuat partai politik, kecuali PKS, PPP dan Gerindra untuk memajukannya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Terlebih lagi kedekatan Ahok dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh juga membuat NasDem tak menutup kemungkinan akan meminang Ahok sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta.

Tentu untuk meminang Ahok oleh partai politik kecuali PPP,PKS dan Gerindra tak akan dilakukan dalam waktu dekat, karena sebagaian besar partai politik sudah tahu tingkat elektabiliats dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Ahok selama Ahok memimpin Jakarta. Jadi ketika Gerindra, PPP dan PKS sudah resmi mencalonkan kadernya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, maka NasDem tak menutup kemungkinan akan menggebrak dengan mencalonkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk melawan calon-calon dari PPP, PKS dan Gerindra (Maupun PPP, PKS, Gerindra berkoalisi menjadi satu).

Selain NasDem, partai lain yang juga berpotensi mengusung Ahok adalah PDIP. Mengingat hingga saat ini politisi-politisi hebat yang dimiliki oleh PDIP sudah menjadi pemimpin di daerahnya masing-masing. Menarik Tri Rismaharini dan Ganjar Pranowo juga kecil kemungkinannya. PDIP justru akan dengan cermat untuk menggandeng Ahok di Pilkada 2017, Karena tak ada pilihan lain bagi PDIP kecuali menggandeng Ahok. Karena jika PDIP mencalonkan politisinya seperti Boy Sadikin , Prasetyo Edi Marsudi hingga Djarot Saiful Hidayat juga peluangnya sangat kecil untuk memenangi pertarungan politik dalam perembutan kursi DKI-1 lawan Ahok yang memang sulit untuk dikalahkan.

Mengingat satu-satunya tokoh yang bisa atau berpotensi mengalahkan Ahok cuma satu sampai detik ini yaitu Walikota Bandung Ridwan Kamil. Ridwan Kamil yang sebelumnya disebut-sebut akan dijaring juga oleh Gerindra hingga saat ini masih tetap belum mau menyampaikan keputusan finalnya terkait Gerindra yang ingin meminangnya tersebut. dan jika Ridwan Kamil setuju untuk menjadi calon Gubernur yang diusung Gerindra, maka akan terjadi pesaingan yang sangat sengit soal perolehan suara pada Pilkada DKI 2017 mendatang, bahkan perolehan suara antara Ahok dan Ridwan Kamil pun akan beda-beda sekitar 2%-3,5%.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun