Mohon tunggu...
-
- Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jayabaya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ade Komarudin Ketua DPR, dan Makna di Balik Diamnya PDIP dan Megawati

19 Desember 2015   18:44 Diperbarui: 19 Desember 2015   18:59 3373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberadaan Fadli Zon dan Fahri Hamzah serta ditambah Setya Novanto yang masih bercokol dan berpotensi menghambat kebijakan pemerintah melalui penagruhnya di DPR diyakini akan membaut awal tahun 2016 akan kembali diwarnai kegaduhan politik. Megawati seharusnya membantu pemerintah mengembalikan citra DPR yang sudah sangat rusak, Agar harkat dan martabat DPR sebagai lembaga negara dapat dipulihkan, yakni dengan merevisi UU No 17/2014 tentang MD3, Bukan justru berdiam diri seperti saat ini.

Keberadaan Fadli Zon dan Fahri Hamzah serta Ade Komarudin yang lembut, diyaini tak akan banyak memberikan perubahan di DPR, Ynag ada justru nantinya Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang akan membaut kegaduhan baru akibat ketidaktegasan PDIP dan Mega yang hingga kini belum ada nyali untuk merevisi UU No 17/2014 yang sangat tidak demokratis tersebut.

Posisi Ketua DPR diyakini sudah lama di idam-idamkan oleh PDIP, Tapi entah mengapa disaat masih ada waktu, Justru PDIP tak bisa berbuat banyak sebagaimana PDIP pun ikut membiarkan Setya Novanto lolos dari sanksi etik di Mahkamah Kehoramatan Dewan. Dan perlu dipahami bahwa dengan sistem paket dalam UU No 17/2014 tenatng MD3 itu hanya akan membuat oligarki politik di parlemen akan lebih terasa dan agak sulit dikendalikan oleh eksekutif, Karena mereka merasa paling kuat sesuai dengan mekanisme pemilihan alat kelengkapan dewan. Paket mana yang kuat, Maka paket tersebutlah yang jadi pemenangnya, sangat tidak demokratis, Bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun