Apalagi jika kita lihat bagaimana ideologi mereka yang Antroposentrisme-Humanisme itu sangat bertentangan dengan pola pikir masyarakat Indonesia yang menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Pokok dari peradaban Barat itu cenderung kepada pemahaman rasionalisme, empirisme, sekulerisme, dualisme/dikotomi, serta humanisme yang mereka bangga-banggakan. Sejauh ini, perkembangannya hanya berfokus pada rasio dan spekulasi filofis saja, bukan dengan Agama. Akhirnya semua dapat dinilai dengan bebas sesuai dengan perubahan zaman.
Padahal ideologi feminisme muncul dikarenakan adanya sebuah kontruksi sosial dengan keinginan segelintir orang saja.
Kesimpulan
Pandangan feminisme hanya berpusat pada ideologi Antroposentrisme-Humanisme Barat dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila Indonesia. Para penyebar feminisme hanya fokus pada kekuatan akal dan indra saja, dan tidak mempertimbangkan keimanan dalam kehidupan. Selain itu, pandangan feminisme juga bertentangan dengan pola pikir masyarakat Indonesia yang menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Sementara itu, peradaban Barat cenderung lebih mementingkan rasionalisme, empirisme, sekulerisme, dualisme/dikotomi, dan humanisme yang hanya berfokus pada rasio dan spekulasi filosofis, tanpa mempertimbangkan agama. Kesalahan kaum feminisme muncul karena keinginan segelintir orang saja dan tidak memperhatikan konstruksi sosial yang ada.
Perlu diingat, bahwa sebagai masyarakat yang hidup di Indonesia, kita perlu memahami bahwa nilai-nilai Pancasila adalah dasar dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan nilai-nilai agama dan keimanan dalam berpikir dan bertindak. Kita juga perlu berhati-hati dalam menerima pandangan dan ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita sebagai bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI