Mohon tunggu...
RICKY SAFRIJAL
RICKY SAFRIJAL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan Pernah Menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Makam Waliyullah dan Ulama Banyuwangi, Jawa Timur

12 April 2022   19:04 Diperbarui: 13 April 2022   04:22 19139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4 Situs Makam Waliyullah dan Ulama di Banyuwangi, Jawa Timur

Kabupaten Banyuwangi sebagai kota yang memiliki julukan sebagai kota The Sunrise of Java yaitu daerah yang pertama kali terkena sinar matahari. 

Dalam sejarahnya Banyuwangi tidak dapat lepas dari Kerajaan Blambangan yang merupakan awal mula menjadi kemerdekaan Banyuwangi dalam menghadaoi para penjajah. 

Selain hal tersebut Banyuwangi juga memiliki situs wisata regili yang sangat luar biasa, salah satunya adalah makam yang terletak di hutan Purwoharjo, Banyuwangi Selatan yang pernah di singgahi oleh KH. Abdurrahmad Wahid ketika beliau masih menjabat sebagai presiden RI ke-4, beliau memberi pesan kepada umat islam khususnya warga nahdliyin, ulama dan umarah untuk senantiasa merawat makam auliya tersebut yang bernama Syekh Al Maulaya bin Syekh Kamaluddin. 

Berikut kami bahas 4 situs makam waliyullah dan ulama di Banyuwangi, Jawa Timur sebagai berikut :

postermakamsyekhmaulaya
postermakamsyekhmaulaya

1. Situs Makam Syekh Al Maulaya

Situs makam Syekh Al Maulana bin Syekh Kamaluddin Sarbiqoni Sayyidatullah bin Syekh Kamaluddin Kurzam bin Syekh M. Khulaini bin M. Imam Hambali berlokasi di Jalan Grajagan, Desa Glagagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Beliau merupakan seorang auliya' yang berasal dari negeri Rum yang menysiarkan dakwah di Nusantara pada abad ke 13 dan beliau merupakan sepupu dari Syekh Subakir. Syekh Al Maulaya orang sekitar menyebut beliau yaitu Syekh Mulyo atau Syekh Akbar beliau adalah putera dari Syekh Kamaludin atau Syekh Jamaludin Akbar dimakamkan di area tersebut bersama Aryo Murti, Patih Gondo Wijoyo, Raden Joko Saseno dan lainnya terdapat 10 makam dengan panjang berdiamater 5 sampai 7 meter lebih dan lainnya seukuran 3 meteran.

Syekh Al Maulaya berada di hutan yang saat ini disebut sebagai alas purwo melanjutkan perjuangan guru beliau Syekh Subakir untuk dapat berdakwah dan mendirikan pondok di hutan tersebut.

Beliau bersama ayah beliau tinggal di Tegal Arum atau Hutan Gondo Arum mendirikan pondok pesantren bernama Gumuk Murti atau dahulu disebut sebagai Padepokan Kelampis Hitam.

postermakamdatukmalikibrahim
postermakamdatukmalikibrahim

2. Situs Makam Datuk Malik Ibrahim

Situs makam Datuk Malik Ibrahim beralamat di Desa Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Datuk Malik Ibrahim adalah seorang bangsawan yang berasal dari Yaman, beliau adalah seorang waliyullah yang berdakwak menysiarkan agama islam di Banyuwangi. 

Beliau singgah di Nusantara pada tahun 1770 di Blambangan lalu melanjutkan dakwahnya di pulau dewata Bali karena mayoritas masyarakat masih menganut ajaran agama Hindu Budha, tepatnya di Loloan yang saat ini mayoritas pemeluk agama islam lebih banyak. 

Datuk Malik Ibrahim menikah dengan wanita bernama Zaenab, ketika beliau masih di Bali dan mempunyai dua putera bernama Syekh Sayyid Bakar Bauzir dan Datuk Ahmad. 

Dengan berjalannya waktu putera beliau yang pertama wafat dan selang kemudian isteri Datuk tutup usia juga. 

Setelah kepergian putera pertama dan isteri beliau, Datuk Malik Ibrahim bersama putera keduanya serta Sayid Hasan selaku sahabat beliau kembali ke Banyuwangi unuk berdakwah mensyiarkan agama islam di tahun 1840 M.

posterdewibuyutatikah
posterdewibuyutatikah

3. Situs Makam Buyut Dewi Sayu Atikah

Situs makam Buyut Dewi Sayu Atikah berada di Jalan Letkol Istiqlah, Desa Mojopanggung, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Buyut Dewi Sayu Atikah merupakan keturunan dari Raja Blambangan yatiu Prabu Menak Sembuyu. Dewi Sayu Atikah memiliki nama asli bernama Puteri Dewi Sekardadu.

Pada waktu itu Dewi Sekardadu menderita penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh lalu mengadakan sayembara, sayembara tersebut berisi kata bagi masyarakat yang dapat menyembuhkan penyakit yang di derita Puteri Dewi Sekardadu akan dinikahkan. 

Masyarakat mencoba menyembuhkan ternyata banyak yang tidak sanggup dan akhirnya seorang ulama bernama Maulana Ishak dapat menyembuhkan penyakit tersebut dan beliau dinikahkan oleh Puteri Dewi Sekardadu. Puteri Dewi Sekardadu dan Maulana Ishak tinggal bersama di Kerajaan dan memiliki seorang bayi. 

Hadirnya Syekh Maulana Ishak dengan dakwahnya beliau mengajarkan agama islam kepada masyarakat menimbulkan kontra oleh Minak Sembuyu serta petinggi Blambangan karena masyarakat masih memeluk agama Hindu sehingga Syekh Maulana Ishak dan isterinya di usir dari Kerajaan Blambangan serta bayi tersebut di ambil dan dimasukan dalam peti lalu di hanyutkan di lautan samudera. 

Dengan kesedihan Dewi Sekardadu mencari bayinya tersebut kedalam lautan hingga beliau wafat. Konon cerita jasad Dewi Sekardadu di bantu oleh ikan keting untuk dapat menepikan jasad beliau dalam mencari bayinya, lalu terbentuklah desa bernama Desa Ketingan.

Bayi tersebut ditemukan oleh nahkoda kapal yaitu Abu Huroiroh lalu memberikan bayi tersebut kepada Nyai Ageng Pinatih yaitu seorang saudagar dari Gresik lalu memberi nama bayi tersebut bernama Raden Muhammad Ainul Yaqin.

postermakamkiyaisalehlateng
postermakamkiyaisalehlateng

4. Situs Makam Kiyai Saleh Lateng

Situs makam Kiyai Saleh berlokasi di Jalan Riau, Desa Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Jawa Timur. Kiyai Saleh merupakan pendiri awal mula jamiyah Nadhaltul Ulama di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Beliau memiliki nama asli bernama Ki Agus Muhammad Saleh, dan ayah beliau bernama Ki Agus Abdul Hadi serta ibu beliau bernama Aisyah. Pada abad ke 19 Ki Agus Abdurrahman yaitu kakek dari Kiyai Saleh yang berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam. 

Kerajaan Palembang pada masa itu dikuasai oleh Belanda, dan beliau mengasingkan keluarga kerajaan ditempat yang aman dari Belanda serta Ki Agus Abdurrahman berkelana ke daerah Jawa Timur. 

Beliau menikah dengan puteri bernama Najihah lalu memiliki tiga keturunan. Dalam menjalankan dakwah syiar agama hanya terdapat seorang putera yang membantu perjuangan berdakwah yaitu bernama Ki Agus Abdul Hadi. 

Ki Agus Abdul Hadi melakukan dakwah di Banyuwangi, Jawa Timur dan beliau menikahi seorang puteri bernama Aisyah lalu kedua pasangan tersebut memiliki keturunan bernama Ki Agus Muhammad Saleh. 

Ki Agus Muhammad Saleh menimba ilmu di Pesantren miliki Kiyai Mas Ahmad, Surabaya lalu melanjutkan menimba ilmu di pondok Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. 

Setelah itu kembali menimba ilmu kepada Tuan Guru Muhammad Said, Bali setelah itu melanjutkan menimba ilmu ke tanah suci Mekkah untuk mendalami ilmu agama. 

Ketika berusia 38 tahun Kiyai Saleh kembali ke kampung halaman di Lateng, Banyuwangi, Jawa Timur untuk dapat berdakwah keagamaan islam. 

Beliau merupakan salah satu pahlawan pejuang melawah penjajah Belanda, beliau memiliki peran yaitu mengondisikan jaringan ulama dan santri dalam berdakwah dan memperjuangkan kemerdekaan. 

Beliau merupakan salah satu menjadi kiyai dalam pendirian jamiyah Nahdlatul Ulama bersama KH. Hasyim Asy'ari, Kiyai Wahab Chasbulah, Kiyai Bisri Syansuri dan kiyai nusantara lainnya. 

Pada tanggal 24 April 1934 merupakan ajang Mukhtamar NU yang ke 9 berada di Banyuwang dan pimpinan muktamar tersebut yaitu Kiyai Saleh Lateng. 

Dari tanggal tersebut merupakan hari lahir Gerakan Pemuda Ansor NU. Pada tanggal 20 Agustus 1952 M pada usia ke 93 Kiyai Saleh Lateng kembali ke rahmatullah.

Terimakasih.

Silahkan berikan komentar positif anda dan berikan ulasan terhadap artikel ini serta berilah saran jika ada, agar semakin semangat lagi dalam belajar dan berkarya tulis.

By. Ricky Safrijal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun