Mohon tunggu...
Ricky AlexanderLumban
Ricky AlexanderLumban Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Fisika

Mencoba mulai berkarya daripada menikmati karya orang lain saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Co-firing PLTU dalam Rangka Menekan Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

19 Juli 2023   07:23 Diperbarui: 19 Juli 2023   08:01 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teknologi Co-firing pada PLTU (Sumber: eng.ui.ac.id) 

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang kemudian digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Di indonesia, PLTU masih menjadi salah satu sumber utama bauran energi. 

Pembakaran batubara pada PLTU ternyata berdampak buruk pada lingkungan. Emisi yang dihasilkan dapat mengakibatkan pemanasan global atau global warming. Dimana apabila dibiarkan terus-menerus maka akan berdampak buruk bagi lingkungan. 

Di Indonesia, langkah yang dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan menerapkan teknologi co-firing pada PLTU. Teknologi ini dirasa dapat menekan emisi yang dihasilkan dari pembakaran batubara di PLTU tanpa mengurangi energi yang dihasilkan.

Teknologi Co-firing

Teknologi Co-firing pada PLTU (Sumber: eng.ui.ac.id) 
Teknologi Co-firing pada PLTU (Sumber: eng.ui.ac.id) 

Co-firing merupakan penambahan atau pembakaran dua jenis bahan bakar berbeda secara bersamaan dalam boiler pada rasio tertentu. Batubara akan dibakar dengan biomassa ataupun sampah. Co-firing dibagi menjadi 3 jenis yaitu : 

  1. Direct Co-firing 

Pembakaran batubara dan biomassa (sampah padat) secara bersamaan di dalam boiler (ruang bakar) pada PLTU

  1. Indirect Co-firing 

Biomassa atau sampah padat diubah terlebih dahulu dalam bentuk gas menggunakan gasifier biomassa. Gas yang telah terbentuk tersebut diinjeksikan ke boiler batubara (ruang bakar) PLTU 

  1. Parallel Co-firing 

Boiler yang digunakan terpisah untuk batubara dan biomassa (sampah padat), uap yang dihasilkan dari masing-masing boiler digunakan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan energi listrik. 

Biomassa dan Sampah Padat

Ilustrasi Biomassa berupa Sisa Pemotongan Kayu (Sumber : pixabay.com) 
Ilustrasi Biomassa berupa Sisa Pemotongan Kayu (Sumber : pixabay.com) 

Dalam teknologi co-firing, bahan bakar yang digunakan sebagai pendamping batubara adalah biomassa dan sampah padat. Penggunaan kedua jenis bahan bakar ini dikarenakan tergolong dalam energi baru dan terbarukan. Dimana keduanya akan selalu diperbaharui dan tidak akan habis. Biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar meliputi: pelet kayu, pelet sampah, serbuk kayu, cangkang sawit, serbuk gergaji dan sekam padi. Sedangkan untuk sampah padat yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah jenis sampah yang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah industri yang telah tercampur dan menjadi satu.

Untuk sampah padat ini, harus diberikan perlakuan khusus. Sampah tersebut harus dicacah terlebih dahulu agar dapat dimasukkan ke dalam boiler (ruang bakar) PLTU. Biomassa bersifat carbon neutral. Dimana pada saat proses pertumbuhan, biomassa tersebut menyerap CO2 dan kemudian melepaskan pada saat biomassa tersebut dibakar. 

Sehingga biomassa tidak berperan dalam peningkatan emisi CO2. Penggunaan sampah padat didasari atas masalah persampahan yang tak kunjung selesai dan terus bertambah setiap saatnya. Membakar sampah kota pada boiler (ruang bakar) dinilai menjadi solusi untuk perlahan mengurangi sampah tersebut. Berbeda dengan biomassa, sampah padat tidak bersifat netral karbon. Sehingga akan tetap terjadi peningkatan emisi. Oleh karena itu, solusi untuk penggunaan sampah padat perlu dikaji lebih lanjut lagi.

Selanjutnya Bagaimana? 

Di Indonesia, penerapan teknologi co-firing masih dalam tahap percobaan dan belum dapat dilakukan secara kontinu. Percobaan tersebut dengan menggunakan 95% batubara + 5% biomassa (sampah padat). Percobaan tersebut akan mulai gencar dilakukan agar didapati kelebihan dan keuntungan, sehingga dapat disimpulkan solusi terbaik yang perlu diambil. 

Semakin banyak persentase biomassa yang digunakan semakin sedikit emisi yang akan dihasilkan. Target dari PT. PLN sendiri, kelak Indonesia akan menggunakan 100% biomassa sebagai bahan bakar di boiler PLTU. Apabila hal ini terjadi maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akan menurun secara drastis. 

Bukan tanpa masalah, selain hal positif, hal negatif juga ternyata didapati dengan penggunaan biomassa dan sampah padat sebagai bahan bakar boiler PLTU. Laporan dari berbagai penelitian terkait co-firing biomassa/sampah padat pada boiler PLTU, teknologi co-firing ini ternyata mengakibatkan kerusakan pada dinding boiler (korosi). Tingkat korosi ini lebih tinggi dibandingkan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar batubara.   

Aspek kehandalan, keberlanjutan dan ramah lingkungan menjadi parameter penting dalam produksi energi di zaman ini. Mengurangi emisi pada PLTU merupakan hal utama yang perlu dilakukan. Akan tetapi tetap perlu dikaji/ditemukan solusi untuk permasalahan yang muncul akibat solusi yang dilakukan pada hal utama tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun