Mohon tunggu...
Ricky AlexanderLumban
Ricky AlexanderLumban Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Fisika

Mencoba mulai berkarya daripada menikmati karya orang lain saja.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Jikalau Aku tidak Tergolong dalam Kategori Spesialis ataupun Expert Generalis?

10 Oktober 2022   08:45 Diperbarui: 10 Oktober 2022   08:53 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti kompetisi yang kita bayangkan ya teman-teman. Mungkin tidak ada panitianya dan tidak ada hadiah secara langsungnya. Mau tidak mau kita harus lebih baik atau minimal tidak tergolong dalam orang yang paling terbawahlah dalam sebuah kompetisi, agar kita tidak tersingkirkan dan hal yang kita inginkan dapat tercapai. 

Berarti memang apabila kita tidak berusaha untuk memperbaiki diri, pada akhirnya kita akan disingkirkan oleh pesaing-pesaing kita nanti. Kita harus perlu sadar akan konsekuensi ini agar dapat mulai mengubah diri. Lebih sakit mana? 

Apakah saat kita menjadi peringkat terbawah terus atau perjuangan untuk menaiki tangga dari terbawah hingga naik perlahan-lahan? Kita bisa menjawab pertanyaan tersebut di hati kita. Aku sendiri merasa lebih sakit kenyataan yang kuterima saat aku sering berada di peringkat terbawah terus (tidak tergolong dalam kategori expert generalis, spesialis). 

Oleh karena itu pada akhirnya aku tertampar oleh kenyataan itu dan mau tidak mau harus berusaha keras, dengan mengubah diri, menanamkan disiplin (walaupun awalnya sangat sulit sekali) agar bisa menjadi lebih baik lagi. 

Nah sekarang pertanyaannya lagi. Kita sudah mulai berusaha untuk belajar, sudah mulai mendisiplikan diri akan tetapi tidak terlihat progres yang berarti dalam diri kita. 

Bagaimana solusi untuk masalah tersebut? Untuk masalah tersebut solusinya adalah kita harus belajar yang cerdas (belajar berkualitas). Kuantitas belajar memang penting akan tetapi setiap pelajaran yang kita serap harus kita pastikan apakah memang kita memahami atau tidak. Kalau belum kita pahami, perlu dikaji lagi. Hal ini yang dikatakan dengan belajar yang cerdas. 

Ada beberapa cara belajar yang cerdas yang dapat kita terapkan dalam proses belajar kita, entah dalam belajar apapun. Misalnya, saat kita mempelajari perkalian, selayaknya kita harus mengerti terlebih dahulu tentang penjumlahan. 

Jika kita disuruh mengalikan 7 x 5, kita dapat menyelesaikannya dengan menjumlahkan angka 7 sebanyak 5 kali ataupun menjumlahkan angka 5 sebanyak 7 kali. Pesan yang ingin disampaikan adalah sebelum masuk ke pembelajaran yang lebih sulit kita harus memastikan bahwa pelajaran sebelumnya (dasar) harus kita kuasai agar tidak ada kendala yang kita alami nantinya pada pembelajaran selanjutnya. 

Kita harus rajin mengevaluasi kemampuan kita. Misalnya kamu adalah seseorang yang bercita-cita sebagai pemain sepak bola dan tentunya masuk ke dalam SSB (Sekolah Sepak Bola). 

Pada saat dilaksanakan game/permainan secara langsung, kamu bisa meminta pelatih kamu memperhatikan performa kamu ataupun kamu bisa minta tolong kepada orang lain untuk memvideokan performa kamu saat bermain. 

Kemudian minta saran dari pelatih ataupun kamu bisa menonton kira-kira hal apa yang masih kurang dari permainan kamu. Kemudian apabila sudah mengetahui kelemahanmu, kamu bisa perlahan tapi pasti memperbaikinya. Evaluasi adalah suatu langkah dimana kamu dapat mulai meminimalisir kelemahan-kelemehan yang ada pada dirimu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun