Pernah tidak teman-teman ketika bermain sepak bola, tiba-tiba diteriaki dan disuruh berhenti? Saya pernah mengalami hal ini. Sungguh pengalaman yang pahit jika dirasakan saat itu dan jika dikenang sekarang malah justru menjadi asyik saya rasa. Ketika sedang bermain sepak bola bersama dengan teman-teman, tiba-tiba seorang pria dengan umur kira-kira sekitar 40 tahun datang dan menghentikan permainan kami.
Dengan lantang sang Bapak berkata," Jangan pernah lagi bermain sepak bola disini, kalian hanya bisa mecahin kaca sama ngerusakin bunga saja". Sang Bapak juga mengancam jika kami tidak segera menyelesaikan permainan, maka ia akan memecahkan bola yang kami gunakan. Pada saat itu tidak ada pilihan selain mengalah. Terpaksa kami harus mencari lapangan lain yang dapat kami gunakan untuk bermain sepak bola.Â
Kejadian ini terjadi kira kira tahun 2021 lalu, ketika saya masih kuliah tingkat 2. Tetapi sebenarnya ini bukan kali pertama saya merasakan hal tersebut. Sejak SMP sampai SMA sepertinya saya sudah beberapa kali diusir dari lapangan tersebut. Hanya saja kami selalu ngeyel dan keras kepala untuk bermain bola ditempat itu. Â
Â
***Â
Sejak kecil, saya sering bermain sepak bola di lapangan sebuah sekolah SD yang tidak jauh dari rumah saya. Oiya,sedikit perkenalan teman-teman, saya tinggal disebuah desa di daerah Sumatera Utara. Okay, kita lanjut ya. Kami biasanya bermain sepak bola setiap hari Minggu. Kalau bisa dibilang, tanah dari sekolah SD tersebut merupakan tanah dari Kakek saya dan saat itu diberikan secara cuma-cuma kepada pemerintah. Sebagai hadiah karena telah memberikan tanah kepada pemerintah untuk dijadikan sekolah, saaat itu Kakek saya diangkat sebagai Kepala Sekolah SD itu.Â
Sekolah tersebut kian hari semakin lebih baik, dari segi bangunannya diperbaharui dan juga sekitaran sekolah tersebut ditanami bunga-bunga yang membuat pekarangan dari sekolah tersebut terlihat semakin indah. Saya sendiri mengakui bahwa langkah itu merupakan adalah langkah yang baik dan juga berdampak positif bagi sekolah tersebut. Akan tetapi, dengan perubahan positif tersebut, ada kebiasaan yang tidak bisa diulangi lagi.Â
Setelah kondisi sekolah tersebut kian hari menjadi kian cantik, pihak sekolah tidak lagi menginjinkan bermain sepak bola di lapangan sekolah tersebut. Hal tersebut dilakukan agar bunga yang ditanami tidak rusak dan kaca jendela dari tiap ruangan tidak mengenai bola sehingga kacanya pecah.Â
Memang saya akui, kaca jendela dari ruangan kelas sekolah itu sudah beberapa kali pecah karena terkena bola. Dan terkadang bunga-bunga di pekarangan sekolah itu juga menjadi berantakan karena terkena bola ataupun dipijak dengan sembarangan. Memang hal itu pasti menjengkelkan bagi pihak sekolah sehingga pada akhirnya dibuat kebijakan agar tidak boleh bermain bola lagi di lapangan sekolah itu. Â
Dulu, apabila kami ingin bermain sepak bola, kami tidak perlu repot memikirkan lapangan yang sekiranya dapat digunakan. Saat ini, apabila ingin bermain sepak bola, kami harus mencari lapangan terlebih dahulu. Dan kemungkinan besar lapangan yang didapat juga pasti jaraknya jauh dari rumah kami masing-masing.Â
Sebenarnya, ada dua lapangan sepak bola di tempat saya, dan kalau boleh jujur kedua lapangan sepak bola ini bisa dikatakan masih jauh dari standard sebuah lapangan sepak bola yang baik. Dan, mirisnya lagi satu dari dua lapangan sepak bola ini berjarak cukup jauh dari rumah saya. Oleh karena itu, agar dapat bermain sepak bola, banyak anak-anak di tempat saya yang memanfaatkan lapangan yang luas contohnya adalah lapangan sekolah.Â
Kondisi Sepak Bola di IndonesiaÂ
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 jumlah lapangan yang dapat digunakan untuk bermain sepak bola di daerah Sumatera Utara adalah sebanyak 1843 lapangan dan pada tahun 2018 sebanyak 2194 lapangan. Jika ditinjau dari segi angka, perubahan ini cukup signifikan untuk hitungan empat tahun. Akan tetapi jumlah desa di daerah Sumatera Utara adalah 5417 desa. Artinya, masih banyak desa yang tidak memiliki lapangan yang dapat digunakan untuk bermain sepak bola. Kondisi ini sepertinya tidak hanya didapati di daerah Sumatera Utara saja. Saya rasa masih banyak desa di Indonesia yang sama sekali tidak memiliki lapangan sepak bola.Â
Menurut Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, Indonesia saat ini masih difase krisis lapangan sepak bola. Jumlah lapangan tidak sepadan dengan jumlah desa yang ada di Indonesia. Ini merupakan salah satu kendala untuk kemajuan sepak bola Indonesia. Padahal, sebanyak 80% pemain Timnas Indonesia berasal dari pedesaan. Ini merupakan sebuah masalah yang harus diperhatikan dengan serius.Â
 Menurut Bayu Eka Sari (Bang Bes), dalam rangka memajukan sepak bola Indonesia, ada tiga hal yang harus diperbaiki. Tiga hal tersebut meliputi Infrastruktur yang memadai, pelatih yang berkualitas dan kompetisi yang sehat. Jika kita pikirkan secara matang. Ketiga hal ini memang saling berkesinambungan. Tetapi hal dasar yang harus dibenahi adalah infrastruktur. Jika tidak memiliki lapangan sepak bola, lantas dimana nanti anak-anak bermain sepak bola?Â
Ini memang merupakan masalah yang solusinya tidak mudah dilakukan. Menurut saya, sebenarnya ini merupakan tugas dari pemerintah. Tugas dari PSSI. Tapi, kita sebagai masyarakat juga bisa ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah ini. Misalnya, apabila teman-teman memiliki harta yang lebih dari cukup. Teman-teman bisa membuat sebuah lapangan sepak bola, akan tetapi tetap menjual/menyewakan. Biarpun terbilang tidak tulus, akan tetapi sebagai masyarakat awam, ini merupakan salah satu bentuk penyelesaian masalah yang bisa dilakukan. Bisa juga dengan cara yang lain. Bisa dengan cara yang saya lakukan ini. Saya menulis ini, berharap siapapun yang membaca ini dapat tergerak hatinya, dan melakukan sesuatu terobosan/penyelesaian masalah dengan caranya sendiri.Â
Saya bermimpi, apabila saat saya memiliki anak dan saya masih tinggal di kampung. Anak saya tidak perlu repot-repot lagi memikirkan ingin bermain bola dimana dan tidak perlu lagi takut diusir karena menggunakan lapangan sekolah. Semoga hal itu dapat terjadi kelak. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI