Mohon tunggu...
Ricky AlexanderLumban
Ricky AlexanderLumban Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Fisika

Mencoba mulai berkarya daripada menikmati karya orang lain saja.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menceritakan tentang Kondisi Sepak Bola di Indonesia

3 Mei 2022   06:36 Diperbarui: 3 Mei 2022   06:37 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak yang sedang bermain sepak bola (Sumber : Pexels/Kampus Production) 

Pernah tidak teman-teman ketika bermain sepak bola, tiba-tiba diteriaki dan disuruh berhenti? Saya pernah mengalami hal ini. Sungguh pengalaman yang pahit jika dirasakan saat itu dan jika dikenang sekarang malah justru menjadi asyik saya rasa. Ketika sedang bermain sepak bola bersama dengan teman-teman, tiba-tiba seorang pria dengan umur kira-kira sekitar 40 tahun datang dan menghentikan permainan kami.

Dengan lantang sang Bapak berkata," Jangan pernah lagi bermain sepak bola disini, kalian hanya bisa mecahin kaca sama ngerusakin bunga saja". Sang Bapak juga mengancam jika kami tidak segera menyelesaikan permainan, maka ia akan memecahkan bola yang kami gunakan. Pada saat itu tidak ada pilihan selain mengalah. Terpaksa kami harus mencari lapangan lain yang dapat kami gunakan untuk bermain sepak bola. 

Kejadian ini terjadi kira kira tahun 2021 lalu, ketika saya masih kuliah tingkat 2. Tetapi sebenarnya ini bukan kali pertama saya merasakan hal tersebut. Sejak SMP sampai SMA sepertinya saya sudah beberapa kali diusir dari lapangan tersebut. Hanya saja kami selalu ngeyel dan keras kepala untuk bermain bola ditempat itu.  

 

*** 

Sejak kecil, saya sering bermain sepak bola di lapangan sebuah sekolah SD yang tidak jauh dari rumah saya. Oiya,sedikit perkenalan teman-teman, saya tinggal disebuah desa di daerah Sumatera Utara. Okay, kita lanjut ya. Kami biasanya bermain sepak bola setiap hari Minggu. Kalau bisa dibilang, tanah dari sekolah SD tersebut merupakan tanah dari Kakek saya dan saat itu diberikan secara cuma-cuma kepada pemerintah. Sebagai hadiah karena telah memberikan tanah kepada pemerintah untuk dijadikan sekolah, saaat itu Kakek saya diangkat sebagai Kepala Sekolah SD itu. 

Sekolah tersebut kian hari semakin lebih baik, dari segi bangunannya diperbaharui dan juga sekitaran sekolah tersebut ditanami bunga-bunga yang membuat pekarangan dari sekolah tersebut terlihat semakin indah. Saya sendiri mengakui bahwa langkah itu merupakan adalah langkah yang baik dan juga berdampak positif bagi sekolah tersebut. Akan tetapi, dengan perubahan positif tersebut, ada kebiasaan yang tidak bisa diulangi lagi. 

Setelah kondisi sekolah tersebut kian hari menjadi kian cantik, pihak sekolah tidak lagi menginjinkan bermain sepak bola di lapangan sekolah tersebut. Hal tersebut dilakukan agar bunga yang ditanami tidak rusak dan kaca jendela dari tiap ruangan tidak mengenai bola sehingga kacanya pecah. 

Memang saya akui, kaca jendela dari ruangan kelas sekolah itu sudah beberapa kali pecah karena terkena bola. Dan terkadang bunga-bunga di pekarangan sekolah itu juga menjadi berantakan karena terkena bola ataupun dipijak dengan sembarangan. Memang hal itu pasti menjengkelkan bagi pihak sekolah sehingga pada akhirnya dibuat kebijakan agar tidak boleh bermain bola lagi di lapangan sekolah itu.  

Dulu, apabila kami ingin bermain sepak bola, kami tidak perlu repot memikirkan lapangan yang sekiranya dapat digunakan. Saat ini, apabila ingin bermain sepak bola, kami harus mencari lapangan terlebih dahulu. Dan kemungkinan besar lapangan yang didapat juga pasti jaraknya jauh dari rumah kami masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun