Setelah lama vakum tidak menulis akhirnya ada kesempatan lagi untuk menulis. Maksudnya mendapatkan kesempatan bukan karena sibuk tapi dapat kesempatan kabur kemalasan.
Meski yang menjadi pelecut jadinya tulisan ini adalah libur lebaran bulan kemarin tapi tetap saja kalau masih mesra dengan si "Malas" itu pastilah tidak terwujud tulisan ini. Ya. Semua berawal dari mudiknya kami ke Garut. Disana adalah kampung dari mertua saya, jadi saya harus ikut kesana untuk silaturahmi. Tidak seperti lebaran-lebaran sebelumnya saya merasa malas untuk pergi kesana. Tapi kali ini saya memposisikan diri untuk happy-happy aja. Dan Allah membalas sikap dengan sebuah tamasya-tamasya yang berharga untuk dikenang.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah kawah Talaga Bodas. Sekitar 28 KM dari ibu kota Garut, tempat wisata ini cukup mudah untuk dijangkau oleh roda dua maupun roda empat. Medan yang dilalui pun tidak banyak kerusakan hanya satu dua kiloan sebelum lokasi kita akan mendapatkan jalanan rusak, berbatu, dan berbedu. Berbeda dengan jalan menuju kawah Papandayan, jalan menuju kawah Talaga Bodas ini meski jalurna nanjak tapi tidak terlalu bikin motor sesak.Â
Kebetulan saya memakai motor Supra X 125 keluaran 2009. Setibanya di lokasi, kita diberhentikan untuk membayar tiket masuk sebesar  Rp. 25.000.  Sebelumnya kita tidak tahu berapa tiket masuk kesana. Namun setelah ditotalkan dan dibagi. Kita dapatkan hasil harga segitu dapat untuk satu motor. Lebiih baiknya kalian browsing aja dulu internet untuk tiket masuk kesana.
Setelah membayar kami diarahkan ke parkiran untuk memarkirkan motor kami. Selanjutnya kami berjalan kaki kurang lebih satu-dua kilometer  jauhnya sambil ditemani tawaran-tawaran dari tukang ojek. Sengaja menutup jalur kendaraan untuk wisatawan ke arah kawah dan kemudian menyediakan jasa angkutan orang. Hmmm licik sekali cara mencari uang seperti itu.Â
Meski mereka menawarkan dari Rp.10.000 sampai Rp. 5.000 tapi saya tidak setuju dengan cara-cara seperti. Kalau alasan supaya tidak banyak kendaraan di area kawah. Lah banyak juga kok yang memakai itu motor di area kawah.Â
Dari pagi sampai sore. Setelah menikmati makan siang kemudian kami menuju area kolam rendam. Agak  kurang menarik untuk berendam. Tidak terlalu didesain supaya menarik dilihat dan dinikmati. Banyak sampah juga disekitar aliran air dari kolam menuju telaganya. Yang menarik dari perjalanan ini adalah saat kita pulang. View  Citylight nya sangat bagus sekali apalagi ada siluet piramida dari gunung yang entah namanya yang berada tidak jauh dari sekitar kawasan Telaga BodasÂ
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Gunung Papandayan. Kami berangkat kesana menggunakan tiga motor. Ada kejadian unik saat menaiki tanjakan menuju pintu gerbang. Salah satu motor  yang dikemudikan saudara kami tidak kuat (untuk boncengers) untuk menaklukan tanjakan-tanjakan yang harus kita lewati supaya dapat mencapai gunung tersebut. Akhirnya kami bergantian mengangkut yang lain agar cepat sampai ke atas.Â
Sempat bimbang untuk memutuskan apakah jadi masuk atau tidak, tapi akhirnya kami memaksakan untuk masuk. Kenapa bimbang? Karena kami merasa tiket masuk Gunung Papandayan ini terlalu mahal untuk kami. Tiket per-orang saat weekend Rp. 30.000, per-motor Rp. 17.000. Apalagi ditempat parkir kita ditarik uang lima ribu. Sangat bikin sesak pikiran.Â
Dengan masuknya motor dikenakan tarif Rp. 17.000 seharusnya tidak lagi diminta uang parkir dan mungkin tarif seharga tersebut bisa dikurangi menjadi sepuluh ribu saja. Menurut saya itu lebih masuk akal bagi kami.Â
Tapi setelah memasuki kawasan parkir dan sudah terlihat kawahnya memang terasa terobati setelah mengeluarkan uang sebanyak itu. Pemandangan yang maha kuasa ukir memang tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Sungguh luar biasa sekali area kawah terbuka gunung dengan ketinggian 2.666 mdpl yang terletak di Kecamatan Cisurupan ini.
Kami kesana niatnya mau berendam dalam air panas alami. Tiket masuknya Rp. 25.000 per-orang. Terdapat dua kolam. Satu kolam dewasa dengan ukuran sedang dan satu lagi untuk anak-anak dengan ukuran yang lumayan bisa dibilang kecil.Â
Dengan ditemani pemandangan kawah dan area hijau yang menyujkan mata, berendam disini sangat terasa enak sekali apalagi kalau misalnya airnya air hangat biasa bukan belerang. Setelah agak lama berendam saya agak merasa sedikit pusing dan sedikit kekurangan oksigen. Entahlah saya kurang mengerti soal itu tapi yang pasti jangan lama-lama berendam dalam kolam tersebut. Karena airnya air belerang, air ini terasa sedikit asin dan perih kalo terkena mata.
Sebenarnya banyak tempat wisata dikawasan gunung ini. Tapi kami berkunjung kolam dan selfie area saja karena terlalu sore untuk mengelilingi atau mendaki ke sekitar kawah apalagi kawahnya juga sudah tidak terlihat sama sekali karena awan menutupi semua kawasan.
Tempat ketiga yang kami kunjungi di Garut adalah Pasar Ceplak. Sempat kebingungan mencari wisata apa yang ada di Garut kota ini. Tapi akhirnya kami menemukan pasar ini. Ya memang Garut ini terkenal dengan wisata Alamnya jadi kalau berselancar di Internet pasti yang muncul wisata alam semua untuk wisata di kotanya sendiri saya kira hanya pasar ini yang bisa disinggahi.Â
Pasar yang mulai buka dari sore sampai malam ini ternyata tidak terlalu besar lumayan ramai juga pedagangnya. Tapi aneka makanan disini tidak terlalu memiliki varian yang beragam. Saya membandingkannya dengan PKL-PKL yang ada di jalan Sudirman, Bandung. Yang tahu mungkin terbayang. Mungkin setengahnya dari yang ada di jalan Sudirman itu.Â
Di pasar yang katanya sudah ada sejak tahun 70-an ini kami memesan dua porsi Ayam Bakar dengan nasi uduknya. Dua porsi kami harus membayar sekitar lima puluh ribuan.Â
Standar sih tapi enak tidak sia-sia mengeluarkan uang segitu. Kemudian kami membeli Klepon dan Awug. Harga Awugnya ada yang lima dan sepuluh ribu kalau saya tidak salah. Dan ternyata setelah kami coba awugnya enak gulanya juga lumayan cukup banyak. Kami tidak banyak jajan karena yang tersedia adalah yang sering kami temui.
Begitulah liburan kami selama di Garut tahun ini. Menyenangkan sekali tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang kebanyakan berdiam diri di rumah. Setelah liburan kali ini kami tunaikan berdampak pada perasaan untuk tamasya kembali. Semoga secepatnya kami bisa bertualang lagi. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H