Mohon tunggu...
Ricky Arfiana
Ricky Arfiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ceria Sore Hari #2: Pelihar.aan dan Teman Sepermainan

7 April 2018   07:46 Diperbarui: 7 April 2018   09:35 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hari setelah kepulangan Maman yang kedua kalinya, tidak biasanya pagi itu bapaknya Maman berolahraga. Ditemani dengan kudanil peliharaannya, ia berlari-lari kecil mengelilingi kolam yang berada tepat di belakang rumah. Setengah jam berlalu Maman datang menghampiri.

"Tumben banget pak olahraga? Biasanya juga baru mau tidur, lagi." Maman mengawali perbincangan antara anak dan bapak pagi itu.

"Nak, olahraga itu baik bagi tubuh. Olahraga bukan soal mau atau tidaka, tapi sebuah kebutuhan." Tandas bapaknya Maman tersebut sambil mengayun-ngayunkan stik golfnya.

"kayanya bapak ini udah mulai inget umur sendiri ya pak." Maman menimpali.

"Ngomong apa sih kamu Man, ga nyambung. Nah, nah, buka sikit lagi dolf!" Teriak Bapaknya Maman kepada peliharaannya. 

Kudanil itu merupakan peliharaan bapaknya Maman sejak Maman kecil. Meski Maman kurang menyukai hewan itu tapi dia tidak bisa menolak keinginan sang ayah untuk menyalurkan hasratnya. Bapaknya Maman sering sekali mengajak peliharannya bermain. Apapun permainannya mereka berdua selalu terlihat bahagia. Termasuk pagi itu ketika Bapaknya Maman mengajak kudanil itu bermain Golf. Salah satu momen kebahagiaan itu muncul pada waktu kudanil berwarna coklat bergigi putih membuka mulutnya lebar-lebar dengan diikuti oleh sepasang tangan yang mulai keriput mengayun-ngayunkan tongkat golfnya, dan kemudian melempar benda tersebut ke dalam mulut hewan itu.

"Haaahhh, Aku tuh heran deh Man. Makin hari makin berkurang aja berat badan si Adolf ini." Kata Bapaknya Maman.

"Ya pantaslah wong makanannya tongkat." Celoteh Maman dalam hati.

"Coba deh pak kasih makan keju aja. Maman juga naik kiloan abis makan keju mulu di kosan."

"Yaudah nanti kasih deh sama bapak. Tapi bekal kamu bapak kurangi lagi ya nak." 

"Asyem. Dulu tongkat sekarang gara-gara keju. Untung mamakku baik hati." Kata Maman dalam hati lagi.

Di kampung tempat Maman tinggal memang belum banyak yang bisa melanjutkan mereka ke perguruan tinggi. Rata-rata mereka sehabis tamat SMA langsung bekerja. Dari sekian anak yang ada di kampong tersebut hanya ada tiga orang yang bisa melanjutkan pendidikan menuju yang lebih baik. Salah duanya adalah Maman dan kawannya Amin. Meski persahabatan mereka sempat ditentang oleh kedua orang tua masing-masing. Tapi mereka masih berhubungan baik sampai sekarang. Maman adalah anak yang biasa-biasa saja dalam segala hal. Berbeda dengan Amin yang memiliki keunggulan di bidang-bidang tertentu. Amin terbiasa berada di top four rangking kelasnya. Dia juga pernah memenangi sebuah lomba cerdas cermat waktu SMP dan juara dua baca tulis Al'Quran. Pantas anak bapak Ustad. 

"Gimana Man, sebulan di kota udah dapat cewe belum?" Tanya Bapaknya Maman.

"Belum lah pak, belum pada kenal lagian akunya juga ga ganteng." Jawab Maman sambil berlinang air mata.

"Astagfirulloh, Man pikir jangan gitu jadi orang, kamu itu. Nih tiap sebelum berangkat atau sehabis mandi, kamu selama lima menit coba ngomong di depan kaca "Aku ganteng, Aku ganteng sekali!" gitu jadi orang." Tegas Bapaknya Maman.

"Lah pak macam orang gila ngomong sendiri." Timbal Maman.

"Nak bapak ceritain kisah bapak dulu. Hari pertama bapak kuliah, bapak langsung punya pacar. Besoknya putus, ya namanya juga kehidupan, berputar. Tapi besoknya punya lagi, malahan dapet dua Man. Karena apa? Ya itu tadi." Ucap Bapaknya Maman sambil membusungkan dada.

"Bisa gitu ya pak." Penasaran Maman.

"Yaiya. Harus gitu. Jangan kalah sama tuh si Amin. Seminggu setelah berangkat dia langsung pulang lagi. Bawa cewenya, nginep pula." Celoteh Bapaknya Maman.

"Owh gitu pak. Terus dia sekarang ada gak pak?" Tanya Maman biasa saja.

"Sejak saat itu belum berangkat lagi tuh. Minggu kemarin ada cewenya satu lagi nyusulin. Sampe guling-guling tuh si Ustad misahinnya." 

"Rame dong pak?" Tanya Maman kembali.

"Pastilah. Cuman katanya hari kemarin lagi ada gencatan dulu." Kata bapaknya Maman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun