Mohon tunggu...
Ricky Arfiana
Ricky Arfiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cekungan Mandala: Misi Mencari Negeri

2 Mei 2017   15:32 Diperbarui: 2 Mei 2017   15:50 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Batara cepat kemari, aku ada sesuatu untuk di bawa.” Teriak Indra pada sang kakak.

“Ayo cepat pulang! Apabila Raja marah karena kita telat, kau mau tidur lagi di kandang sapi. Sementara kau tidur di kandang dan sapi di kamarmu.” Perintah Batara pada adiknya.

  “Kita gagal mendapatkan buruan yang sesuai dengan keinginan Raja.” Ucap Indra.

“Gagal dalam berusaha lebih baik daripada kita melanggar apa yang sudah menjadi aturannya.” Tegas Batara sambil menaiki kuda pacunya.

Pagi itu kedua saudara kandung tersebut akan pulang menuju istana setelah melakukan perburuan. Meski mereka gagal memenuhi jumlah yang sudah Raja tentukan tapi pulang terlambat adalah sebuah larangan bagi kedua anak tersebut. Batara dan Indra merupakan merupakan anak kandung dari sang Raja Mandala, Wirahma. Raja amat menyayangi anak-anaknya dan kedua anak selalu menghargai orang tua mereka.

Dalam kondisi sekarang ini, dimana alam sedang mengalami keresahan sang Raja terpaksa memerintahkan orang-orang terdekatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Meski sang Raja mempunyai banyak prajuri dan bawahan tapi dia bertindak sangat mulia. Para prajurit dan bawahan tetap mencari kebutuhan hidup tetapi hasilnya untuk mereka sendiri dan dibagikan kepada rakyat. Sementara kebutuhan istana ditanggung oleh keluarga dan orang dalam kerajaan itu sendiri.

Kondisi alam yang semakin memburuk membuat kesehatan Raja mulai menurun. Ia terlalu banyak memikirkan rakyatnya. Seumur hidupnya dipenuhi dengan peperangan. Ketika kerajaannya makmur, ia harus berhadapan dengan musuh yang terus berupaya menduduki kerajaan ini. Alasannya apalagi kalau bukan kondisi alam yang sangat subur. Tanah kerajaan Mandala memang subur, tapi alam langit terus meringis. Hujan tiada henti sehingga menyebabkan gagal panen.

Ketika kondisi sudah hamper parah. Datang sebuah percikan cahaya yang dapat menerangi kerajaan mereka yang sedang dirundung kemuraman.

“Raja, kami sudah mencoba sebisa mungkin mendapatkan makanan yang sesuai raja perintahkan Tapi kami hanya mendapatkan segini, maafkan kami.” Mohon Batara pada Ayahnya karena gagal memenuhi permintaannya.

“Aku hargai kerja keras kalian. Terima kasih telah memenuhi kebutuhan kerajaan meski masih kurang untuk persediaan seminggu ke depan.” Ucap sang Raja.

“Kenapa bau sekali disini?” tiba-tiba raja kebingungan karena merasakan bau busuk.

“Waktu berburu, Indra terpeleset dan jatuh mengenai kotoran singa, tepat diwajahnya.” Ucap Batara meluruskan keadaan yang tidak enak.

“Padahala sudah dicuci tapi tetap saja masih bau. Pantas aku sepanjang jalan merasa seperti ada yang mengikuti dari belakang.” Seloroh Indra dalam hati.

“Ceroboh sekali. Cepat kau bersihkan dirimu apabila bau sulit hilang mala mini kau tidur bersama sapi di kandangnya. Besok pagi kau pergi ke mbah Rawit supaya kau dibersihkan.” Perintah Raja.

Dalam kondisi istana dipenuhi bau kotoran karena aroma dari wajah Indra. Raja meminta Batara menghadapnya di ruangan Raja. Keputusan besar akan diambil. Sebuah keputusan yang akan menghasilkan sebuah peristiwa besar dalam sejarah kerajaan ini.

Ketika Batara memasuki ruangan tersebut, Raja sudah duduk ditemani patih Rajag di sebelahnya.

“Ada sebuah permintaan dariku. Demi kelangsungan kerajaan kita yang lebih baik. Ada sebuah negeri di utara sana. Negeri itu dulu bernasib sama seperti kita. Tapi mereka berhasil mengatasinya. Temukan dan pelajari bagaimana mereka melakukannya.” Ucap sang Raja.

“Bergeraklah ketika waktu malam tiba. Carilah persembunyian ketika ayam berkokok. Kau harus melewati dua gunung besar, hanya di gunung kedualah kau dapat kesempatan bergerak ketika siang hari. Setelah melewati lautan kau akan melihat negeri tersebut. Berhati-hatilah. Jalan menuju utara adalah dimana kerajaan Manunggal berada. Jangan sampai kau terlihat mereka. Kakek buyutmu pernah memenggal leher putri kerajaan tersebut.” Tambah Raja mengingatkan Batara akan misinya.

“Apakah lokasi itu benar akan kebenarannya Ayah?” Tanya Batara.

“Rajag dapat memastikannya. Ingat anakku. Hanya kau yang mempunyai kekuatan untuk melaksanakan ini. Demi kelangsungan kerajaanmu kau harus melakukan segalanya. Berangkat ketika kau siap. Kami menantimu disini.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun