Bandung Berisik 2012 : Maximum Agression. Sebuah pentas musik metal satu dari sekian festival yang pernah saya kunjungi yang tidak akan pernah terlupakan. Banyak sekali pentolan metal tanah air nomor wahid di negeri ini yang menggebrak panggung yang ditanam di atas sebuah lapangan yang lua. Lanud Sulaeman yang bertepat di kabupaten Soreang itu menjadi salah satu tempat bersejarah buat saya. Bandung Berisik merupakan sebuah festival musik yang sudah berakselerasi sejak taun 90’an.Â
Festival ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Gor Saparua kota Bandung. Namun sayang sekali, salah satu  hajatan metal terbesar Asia Tenggara ini tak akan mengudara lagi. Menurut Addy Gembel frontman Forgotten, dalam acara Extreme Moshpit Tv menyebutkan bahwa acara ini tidak akan ada lagi, kiprah Bandung Berisik akan digantikan oleh Bandung Blasting. Bandung Blasting pada awalnya, sebuah projek band metal asal Indonesia yaitu Burgerkill dan Jasad, yang bertandang ke Eropa. Jasad manggung di acara Obscene Extreme, Burgerkill Wacken Open Air dan kemudian keduanya berbarengan menghajar panggung Bloodstock Open Air.
Balik lagi ke Bandung Berisik 2012, ketika saya menghadiri acara ini, empat tahun yang lalu, saya berangkat bersama bandmate. Kami tidak menaiki bus melainkan numpang pada teman drummer band kami yang diantar mamihnya dengan mobil APV yang dipikir luas itu. Hari jumat kalau tidak salah, dan kami pun melewatkan jumat’an dan juga kami seharusnya sekolah. Tapi yaaaa, kapan lagi bisa menonton line-up yang kebanyakan familiar dengan telinga saya. Tepat jam setengah lima pagi saya keluar dari rumah, saya dibekali yang sangat banyak, senilai lima ratus ribu rupiah, walaupun sebelumnya hanya akan diberi uang dua puluh ribu rupiah.
Ketika sampai ditempat yang sudah disetujui, berangkatlah menuju Bandung. Bu supir selama perjalanan kelihatan tampak cemburut. Ya gara-gara kita telat mungkin, gimana lagi, kita bertiga harus jalan kaki dulu karena belum menemukan angkot yang harus dinaiki. Selama perjalanan tampak menyengat sekali suara dari audio player mengumandangkan tembang-tembang musik yang sesekali disisipi nuansa tradisional Sunda. Ditambah kumpulan para wanita yang sedang menggunjing.
Sesampainya di sekitaran Soreang, situasi lalu linta mulai tampak macet. Tidak aneh karena memang jam-jamnya para empunya tunggangan mesin beroda berangkat kerja. Pukul menunjukan setengah tujuh pagi kalau tidak salah ketika kami tiba di luar gate. Sambil menunggu, kami pun merembug untuk menentukan kegiatan selanjutnya. Dan sarapan Lontong Karilah menjadi santapan kami pagi itu.
Jam-jam demi jam kami lalui sampai tiba pada pukul sepuluh pagian. Calo mulai ramai dan teman saya yang belum mempunyai tiket dan dengan bijak membeli pada tempatnya.
Pagi yang mulai cerah itu panggung dibuka oleh grup teknikal death metal asal bandung, Auticed, kalo saya tidak salah. Maklum saya menulis ini empat tahun setelah acara itu berlangsung. Sepertinya pada saat itu panitia tidak menyewa pawang hujan karena ketika the Sigit sedang bermain, hujan datang begitu ganasnya sehingga para penonton berlarian tunggang langgang untuk berteduh. Atau mungkin panitianya dapat pawing hujan dunia lain kali ya.Â
Lapang yang asri  berubah seketika menjadi sawah yang belum ditanami padi. Meskipun begitu, keadaan tersebut tidak menyurutkan niat metalhead yang sudah datang kesana untuk bergembira bersama. Moshpit disana merupakan area paling liar yang pernah saya lihat. Undergod, Rajasinga, Aftercoma, outright dan band cadas lainnya silih berganti menghentak lapangan Lanud tersebut diikuti dengan gerakan sporadis dari para fans mereka. Saya lupa band-band diatas main dihari pertama atau kedua yang pasti siang hari.
Ketika langit Bandung mulai menuju malam. Panggung pun semakin panas. Siksa Kubur, Burgerkill, Deadsquad dan malam itu ditutup oleh mbahnya Death Metal tanah air, Jasad. Untuk deretan nama yang barusan disebutkan saya ingat betul mereka tampil di hari jumat. Malam tak terlupakan.
Hari kedua, yang saya ingat pasti sampai saat ini adalah Otong Koil lupa lirik, untuk pertama dan terakhirnya kalinya menyaksikan Beside dengan formasi Album perdana karena setelah panggung tersebut ketiga personil mereka membentuk band baru bernama Nectura, dan di hari kedua tersebut kakak saya ikutan hadir tapi tak sampai bertemu di acara, kita baru kemudian bertemu di Jatinangor. Ketika pulang saya ikut dengan rombongan teman-teman naik angkot, kirain mau dijemput pake APV lagi, hanas teu make Bus mereun lebih nyantei berangkatna. Lalu saya turun di Cileunyi dan jalan kaki sampai di area terminal Damri Unpad dan dilanjutkan naik motor bersama kakak saya.Â
Entah alas an apa yang membuat saya jalan kaki dari Cileunyi sampai nangor pada malam hari hahaha, ketika sampai di depan gerbang ITB saya sempat putar arah karena melihat beberapa orang  jauh di depan berjalan disisi lainnya tapi kemudian saya pun putar arah kembali dengan keyakinan kalau dipalak mah lari aja sekencang mungkin, dekat jatos juga kantor polisi.