Makanan bagi orang Minahasa adalah budaya untuk menjaga tali kekeluargaan. Dalam berbagai acara keluarga atau perayaan apapun, makanan selalu menjadi hal yang utama untuk dipersiapkan. Ramah tamah dan menjalin kekerabatan, sambil menikmati makanan adalah suasana cair yang selalu diharapkan oleh setiap orang Minahasa dalam acara apapun. Apabila kita pernah mengenal diplomasi meja makan yang diterapkan oleh Jokowi, maka di Minahasa meja makan melampai ruang-ruang diplomasi. Kawan, sahabat, rekan, lawan dan musuh menjadi satu keluarga besar yang berbaur dan bersinergi diantara nikmatnya kuliner Minahasa.
Makanan tidak harus dan tidak semata merupakan bagian ranah private bagi masyarakat Minahasa, namun makanan telah menjadi bagian dari kehidupan publik. Melalui makanan tali kekeluargaan dipererat dan diutuhkan. Kebiasaan menyiapkan makanan secara bersama-sama sebelum dimakan, merupakan ciri khas penyajian makanan di Minahasa. Apabila didaerah lain, yang selalu berada di dapur dan memasak adalah perempuan, maka yang terjadi di Minahasa adalah laki-laki dan perempuan saling bergotong royong menyiapkan makanan di dapur. Kebanyakan para perempuan mengupas bumbu dan menyediakan bahan-bahan yang akan dimasak.
Selanjutnya laki-laki akan meramunya diatas bara api. Karena banyaknya porsi yang akan dimasak, maka kekuatan laki-laki dibutuhkan untuk membalik bumbu, dan bahan-bahan makanan tersebut saat berada diatas bara api. Kebersamaan dan ketulusan dalam menyediakan makanan inilah, yang membuat setiap makanan yang disediakan memberi kenangan tersendiri bagi para penikmatnya.
Pada saat makanan disajikan dan seluruh keluarga menikmati makan bersama, disaat itu suasana kebahagiaan lebih terasa. Ragam jenis makanan dan banyaknya porsi yang disediakan membuat makanan tersebut tersedia untuk semua orang. Apabila anda pernah mengikuti suatu acara atau perayaan di Minahasa, maka ada suatu pola unik yang terjadi saat menikmati makanan.
Pada saat makan, maka seluruh tamu undangan dan keluarga menikmati makanan disekitar meja makan. Gerak mereka tidak akan jauh dari lingkaran meja makan. Hal ini membuat mereka mudah untuk menambah porsi makan, dan atau memilih jenis panganan lainnya. Sambil makan dan menikmati lezatnya bumbu dalam tiap makanan, keluarga dan tamu akan beramah tamah serta mengeluarkan suasana kebahagiaan dalam pancaran wajah mereka.
Makanan telah memberi makna lebih, dari hanya sekedar mengganjal perut yang lapar. Menikmati makanan di Minahasa, seperti menikmati kekayaan rempah yang disediakan Tuhan yang Maha Esa, dalam balutan kreasi dapur manusia, dan dinikmati dalam suasana kekeluargaan.
Suasana menikmati kuliner khas Minahasa tidak hanya sampai disitu. Apabila anda hadir di acara atau perayaan, maka anda akan menemukan suasana berbeda saat hendak pulang dari acara tersebut. Sebelum anda pulang, anda akan diberikan bungkusan yang berisikan sisa makanan yang masih tersedia di meja makan. Tuan rumah dengan keramahtamahannya menitipkan bungkusan makanan untuk anda, agar bisa dibawa pulang.
Suasana kekeluargaan tidak hanya habis dimeja makan, namun dibawa pulang dan menjadi kenangan indah. Hal ini menunjukan bahwa rasa kekeluargaan tidak dapat diganti oleh materi apapun. Proses penyediaan kuliner, peyajian dan suasana kebatinan khas Minahasa, selalu menjadikan makanan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Minahasa.
Minahasa merupakan kekhasan Indonesia dalam memperkenalkan kuliner sebagai bagian dari budaya dan peradaban manusia. Lewat kulinerlah makna kekeluargaan dan eksistensi manusia menjadi utuh. Jiwa dan raga disatukan dalam sebuah kebahagiaan ideal, lewat kekhasan kuliner Minahasa.
Ricky Arnold Nggili
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H