Mohon tunggu...
Ricky Alif
Ricky Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Media Alternatif Sebagai Peluang Sekaligus Ancaman Bagi Jurnalis

10 Januari 2024   19:58 Diperbarui: 10 Januari 2024   20:17 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemunculan media-media baru sebagai peralihan dari media konvensional tak lepas dari derasnya arus internet di dunia ini. Salah satu akibat yang dihasilkan dari hadirnya new media tersebut yaitu mulai bermunculannya media alternatif terutama pada kanal sosial media Instagram.

Media alternatif sendiri merupakan bentuk media yang berbeda dari bentuk media yang dominan dari segi konten, cara produksi, ataupun cara distribusi mereka. Hingga saat ini, bentuk dari media alternatif semakin kompleks dan jangkauannya semakin meluas. Bahkan, dari segi pengimplementasiannya, media alternatif tak hanya sebagai pemberi informasi saja, akan tetapi sebagai media hiburan hingga wadah interaksi masyarakat terlebih gen Z.

Media alternatif yang berkembang dan semakin menjamur di Indonesia sendiri yakni media alternatif pop culture. Media alternatif tersebut biasanya membahas tentang hiburan atau fenomena-fenomena menarik yang terjadi dan dikemas secara ringan. Beberapa contoh media alternatif pop culture di Indonesia antara lain Folkative, USS Feeds, Clabsocial, Volix dan masih banyak lagi.

Berdasarkan laporan tahunan Reuters Institute for the Study of Journalism, anak-anak muda lebih suka mengakses berita melalui media sosial dibanding platform lainnya. Hal tersebut juga mempengaruhi masifnya perkembangan media alternatif pop culture saat ini. Padahal pada praktiknya, alih-alih mengkaji satu topik dengan lengkap dan komprehensif, media alternatif ini mengangkat topik secara snackable content dengan hanya memasang headline dalam satu kalimat ditambah dengan caption yang singkat.

Namun, fenomena tersebut bisa dianggap sebagai hal yang wajar karena berdasarkan survei hasil program analytic fellowship Maverick Indonesia (2022) yang dikutip oleh beberapa media, menunjukkan bahwa gen Z lebih menyukai narasi dengan visual dan teks pendek. 

Hal tersebut juga menjelaskan hasil survei selanjutnya dari sumber yang sama bahwa Folkative sebagai media alternatif pop culture berada di urutan atas sebagai media yang paling disukai (40%) gen Z mengalahkan portal berita online CNN Indonesia (37%) dan Detik.com (31%). Media alternatif lainnya yakni USS Feeds (27%) menempati posisi keempat, mengalahkan Kompas.com (23%) pada urutan kelima.

Berbicara mengenai penyampaian suatu informasi melalui sebuah media, tentu harus selalu dikaitkan dengan bidang kejurnalistikan. Hal tersebut dilakukan guna informasi yang disampaikan tepat, akurat, serta terhindar dari berita bohong atau hoaks.

Pada Kode Etik Jurnalistik pasal 3 menyebutkan bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Namun pada praktiknya, jarang sekali sang penulis berita atau yang lebih dikenal sebagai copywriter menguji kembali informasi yang didapat.

Pernyataan di atas didasari atas pengalaman penulis yang pernah bekerja di salah satu media alternatif pop culture yang berlokasi di Jakarta. Dalam pengalamannya bekerja, mekanisme pekerjaan di media alternatif tersebut mengharuskan penulis menyebarkan informasi secara cepat dan mengesampingkan kebenaran berita yang akan dipublikasikan. 

Selain itu, berdasarkan pengalaman penulis, media alternatif tidak memiliki ketentuan tegas mengenai sumber rujukan informasi. Sumber informasi biasanya diambil dari beberapa media mainstream tanpa memprioritaskan media-media yang memiliki kredibilitas tinggi.

Sehubungan dengan hal tersebut, media alternatif umumnya tetap mencantumkan nama media yang dijadikan sebagai sumber rujukan. Oleh karena itu, masyarakat terutama gen Z sebagai pengonsumsi informasi dari media alternatif harus lebih selektif dan melakukan validasi kembali terhadap berita yang diterima, sekaligus merealisasikan kode etik jurnalistik pasal 3.

Hadirnya media alternatif pop culture yang kini lebih mendominasi sebagai media yang paling sering dibaca oleh masyarakat dan gen Z tentu memiliki dampak negatif dan positif. Kedua dampak tersebut dapat diterima masing-masing individu berdasarkan bagaimana cara mereka selektif dan lebih bijak terhadap informasi yang diterimanya.

Seperti yang sudah dijelaskan, dampak positif dari adanya media alternatif dapat dilihat dari keefektifan pengemasan berita yang meningkatkan efisiensi waktu untuk membaca informasi yang disajikan. Selain itu, dampak positif yang bisa didapatkan adalah membantu meningkatkan minat literasi generasi Z yang cenderung rendah.

Tak hanya itu, dampak positif dari maraknya pertumbuhan media alternatif pop culture dapat meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan yang berbasis media sosial, karena engagement yang tinggi dapat memperluas peluang Sumber Daya Manusia untuk bekerja. 

Di sisi lain, adanya media alternatif juga memiliki dampak negatif. Salah satunya menurunnya nilai kejurnalistikan yang diakibatkan minimnya kesadaran copywriter media alternatif dalam bekerja. 

Selain itu, pengemasan informasi dalam bentuk yang singkat padat dapat memperbesar peluang diss dan misinformasi di masyarakat. Terlebih, membludaknya media dengan jurnalis yang tidak mengedepankan kebenaran dan nilai-nilai berita. 

Oleh karenanya, guna menghadapi arus informasi yang semakin marak akan hoaks serta besarnya kemungkinan media alternatif menjadi andalan gen Z dalam mencari informasi, para pembaca perlu meningkatkan critical thinking dalam mengolah suatu informasi yang didapat. Selain itu, pembaca juga perlu lebih selektif dan memvalidasi kembali berita guna meminimalisir kesalahpahaman persepsi isi berita terhadap pembaca.

Dari sisi pemberitaan media alternatif sebagai penyebar informasi, perlu adanya ketentuan tegas terkait sumber rujukan yang digunakan dalam mengunggah informasi. Kemudian, pihak media alternatif juga harus mengedepankan nilai kejurnalistikan selama proses bekerja. 

Jadi, media alternatif tentu memberikan peluang terhadap masyarakat terutama jurnalis di luar sana, meskipun dengan beberapa ancaman yang juga terdapat di dalamnya. Di luar adanya peluang dan ancaman dari lahirnya media alternatif, perlu adanya kesiapan yang lebih matang dari masyarakat terutama gen Z dengan berbagai inovasi guna menyambut kemajuan transformasi media yang akan hadir dalam beberapa tahun ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun