Mohon tunggu...
Ricky Ferdi
Ricky Ferdi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat Junio

hanya sekedar orang biasa yang butuh kasih sayang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Miris Negeri Agraris

25 Desember 2018   19:48 Diperbarui: 25 Desember 2018   20:18 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thailand mengaku belajar mengembangkan sektor pertanian dari Indonesia. Pengakuan itu disampaikan sendiri oleh Raja Thailand saat presiden keempat Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri berkunjung 2013 silam. Ironisnya, saat ini Indonesia malah  tertinggal jauh.


Dalam setahun Thailand bisa panen beras hingga lima kali dengan kualitas tinggi. Sangat produktif. Bahkan 50 kali lebih besar dibandingkan Indonesia.

Jika dilihat dari luas lahan, di Thailand jauh lebih sempit. Kira-kira hanya seluas Pulau Sumatera. Namun dengan lahan yang sedikit, Thailand mampu menjadi eksportir beras terbesar kedua di dunia. Bahkan pasar beras Thailand mencapai 22 persen.

Sedangkan kita justru masuk 10 besar konsumen importir beras di dunia. Menyedihkan. Apakah masih layak sebutan negara agraris disematkan kepada kita? Ini jelas cambukan tajam kepada Kementerian Pertanian bahwa sektor hulu pertanian belum terurus dengan benar.

Sepanjang tahun ini, hampir setiap bulan ada saja pemberitaan media yang menyinggung sektor ini. Dari gagal panen, kekeringan, kasus cetak sawah, sampai kesalahan data produksi menjadi semacam badai panjang yang tak kunjung henti. Ada apa sebenarnya?

Kasus serangan hama wereng dan tikus menurut saya paling menggelikan. Di saat Thailand maju karena modernisasi alat mesin pertanian, kita masih belum bisa move on dari permasalahan hama? Keterlaluan!

Yang paling mengejutkan, ternyata akar permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan petani dalam mengantisipasi serangan. Mereka harus menunggu terlebih dahulu kedatangan petugas khusus dari dinas terkait karena tidak tahu obat-obatan apa yang tepat untuk menyelamatkan ratusan hektare padi.

Sumber: cendananews.com

Akibatnya gagal panen tak terhindarkan. Dan ini terjadi di banyak daerah. Pantas saja produktivitas nasional kita anjlok.

Kesejahteraan petani Indonesia masih memprihatinkan. Bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi pendidikan dan informasi. Apakah petani salah? jelas tidak. Sesuai dengan janji menteri terkait, kesejahteraan sudah menjadi tanggung jawabnya.

Berkaca dari apa yang telah terjadi, mungkin saatnya kita yang kini berguru kepada Thailand. Sektor pertanian adalah sektor fundamental bagi 250 juta masyarakat Indonesia. Jika terus bobrok dan tidak ada kemajuan, mau kepada siapa kita akan berharap?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun