Mohon tunggu...
Ricky MaulanaHadiningrat
Ricky MaulanaHadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis pikiran

Menulis yang dipikirkan dan yang dianggap menarik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pandemi dan Ketenangan Hati

30 Agustus 2021   19:30 Diperbarui: 30 Agustus 2021   19:47 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tanggal 02 Maret 2020, diumumkannya kasus 01 dan 02 covid-19 bisa dikatakan sebagai penanda awal masuknya virus sarCov2 atau Corona di Indonesia. Sejak saat itu kasus demi kasus mulai bermunculan terutama di kota-kota besar, beritanya menghiasi layar kaca dan semua media.

Sampai pada suatu ketika ditetapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus ini. Semua orang dilarang untuk beraktivitas di luar rumah seperti biasa, keadaan tidak menentu, perekonomian terganggu, tempat peribadatan ditutup sementara, kecemasan mulai melanda apalagi melihat kasus  tidak ada kecenderungan untuk menurun.

Hari-hari diisi kecemasan takut akan serangan virus yang mematikan sampai pada saat ketika saya dalam keadaan sangat cemas, saya membaca sebuah status wa seorang teman yang menyatakan bahwa "seseorang yang terpapar thaun atau wabah, lalu dia meninggal, maka dia meninggal dalam keadaan syahid", sebuah kutipan dari kitab Badz al-Maun Fi Fadhilat At-Thaun karya Imam Ibnu Hajar. 

Setelah membaca itulah tiba-tiba muncul ketenangan di hati saya, bahwa apapun yang terjadi semua pasti ada hikmahnya,  bahkan saya sempat berpikir bahwa ada satu kesempatan bagi saya untuk meraih derajat yang namanya meninggal dalam keadaan syahid, yaitu keadaan dimana orang beriman dijanjikan masuk ke dalam syurga tanpa adanya hisab. 

Tentu saja hal ini tidak membuat kita abai terhadap ikhtiar-ikhtiar dalam menjaga protokol kesehatan, tetapi semakin memunculkan semangat dalam melakukan ikhtiar terbaik dibarengi hati yang tenang dan ikhlas dalam menjalankannya.

Ketenangan hati pun semakin bertambah ketika saya mulai merutinkan melakukan dzikir pagi dan petang sesuai tuntunan Rasulullah. Hati terasa damai tenteram walaupun berita tentang virus masih banyak beredar di media apalagi saat itu saya juga ditugaskan sebagai salah satgas penanganan covid-19 di daerah saya. 

Saya tetap melaksanakan prokes mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, serta langsung menanggalkan dan mensterilkan pakaian saya sebelum masuk ke dalam rumah karena saya memiliki anak berumur 3 tahun dan istri yang sedang hamil, jadi saya berusaha menjaga prokes sebaik mungkin.

Alhamdulillah qodarullah sampai sekarang saya dan keluarga sehat wal'afiat, tidak pernah sakit terpapar virus itu. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dan memampukan kita untuk Istiqomah dalam upaya terbaik menjaga kesehatan yang Allah amanah kan kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun