Mohon tunggu...
Dapurfit
Dapurfit Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Home of #SmartDieter

Di Kompasiana, kami berkomitmen untuk membuat konten yang 100% informasi, 0% marketing. Semua konten kami 100% evidence-based, dan akan disertai referensi jurnal ilmiah (studi/ penelitian).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengakali "Gagal Diet" Selama di Rumah Aja

2 Mei 2021   12:38 Diperbarui: 2 Mei 2021   12:52 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pizza yang kamu pesan tidak perlu harus dihabiskan dalam sekali makan! (Image by Free-Photos from Pixabay)

Lyra menerapkan prinsip Latte factor untuk mengatasi keinginan ngemil. Latte factor ini sebenarnya prinsip untuk pengaturan uang, namun prinsip ini dapat digunakan juga untuk diet. Cara yang dilakukan Lyra adalah:

  1. Mengganti makanan dengan pilihan yang lebih rendah kalori. Misalnya dengan mengganti cemilan dengan semangka atau timun.
  2. Menimbang berserta keuntungannya. Lyra selalu bertanya ke diri sendiri, misalnya: "boba ini ada benefit-nya gak ya?" Kalau ada, dia akan konsumsi makanan/ minuman itu tanpa merasa terbebani. Namun kalau tidak ada, Lyra akan mengesampingkan keinginannya untuk makan/ minum itu nanti-nanti saja.
  3. Burn more, Lyra melakukannya dengan jalan-jalan di komplek, main dengan anak, dan virtual meeting dengan HP sehingga dapat sambil jalan-jalan keliling rumah.

Untuk orang-orang di rumah, Lyra tetap nyetok cemilan untuk anak-anak. Namun, yang makan tetap anak-anaknya, bukan Lyra. Sama halnya jika suaminya memesan makanan secara online. Lyra tidak keberatan karena itu untuk suaminya, paling Lyra hanya minta sedikit. Suami Lyra tidak suka jika makan sendiri, sehingga kadang mereka berdua ngemil buah bersama. Kalau suaminya memesan makanan, Lyra akan tetap ikut makan, namun tetap mengontrol porsinya. Karena jika ditahan, bisa menyebabkan kalap dan overeating di hari berikutnya.

Selain itu, Lyra juga belajar dari anaknya yang tetap slim meski di rumah saja. Setelah diperhatikan, alasan anak-anak Lyra dapat seperti itu karena mereka tidak menganggap makanan itu big deal. Sumber bahagia mereka dari main, bukan dari makanan.

Mengganti snack dengan makanan yang lebih rendah kalori (Image by Aline Ponce from Pixabay)
Mengganti snack dengan makanan yang lebih rendah kalori (Image by Aline Ponce from Pixabay)
Kalau dari Adel,

"diet" itu bukan "pengurangan makanan", namun "pola makan" suatu makhluk hidup. Adel tidak mau membatasi pikirannya kepada arti diet yang sifatnya limiting & constricting. Dulu hal ini bukan hal yang mudah bagi Adel, namun semakin lama Adel membangun self-awareness.

Setiap Adel menginginkan sesuatu, dia menanyakan dirinya sendiri, "sebenarnya kenapa saat ini aku mau makan? Karena lapar, atau karena lagi stress/ bosan?" Adel mengingatkan dirinya akan trigger-nya sendiri. Misalnya ketika stress Adel suka makan cookies, ini ternyata karena sejak dulu Adel sering makan cookies pada saat di umur dia belum memiliki tanggung jawab apa-apa. "Feeling" itu yang melekat dengan makanan tersebut. Jadi sebenarnya Adel merindukan perasaan "carefree", bukan rindu makan cookies. Sehingga yang dibutuhkan Adel adalah take some time off, yang dapat dilakukan dengan free time atau nonton. Dengan begini, keinginan Adel untuk makan cookies akan hilang.

Di awal, Adel mencatat langkah-langkah ini untuk mengganti kebiasaan otaknya yang maunya jalan yang mudah dan relief yang instan. Namun lambat laun, karena terbiasa, otak dapat otomatis memproses sendiri.

Kalau kasus yang memang lapar (lapar terus menerus), mungkin tubuh memang kurang nutrisi penitng. Sehingga makan biskuit tidak akan kenyang, karena itu bukan nutrisi yang tubuhnya cari. Adel sendiri mencatat apa saja yang telah dia makan, sehingga Adel dapat melihat catatannya dan melihat nutrisi makro apa yang tubuhnya kekurangan saat itu.

Adel juga sering mengingatkan dirinya sendiri kalau makan cemilan tidak sehat, itu karena dirinya sedang ingin, but no strings attached. Sehingga Adel dapat secara otomatis membatasi konsumsinya, tanpa ada rasa ingin makan lagi. Jadi Adel biasa saja sama makanan. Di rumahnya juga dia mengajari anaknya untuk membatasi makanan-makanannya seperti itu supaya anaknya tidak mengalami obesitas yang pernah dia alami.

Perlu disadari alasan ingin makan sesuatu, karena ingin atau karena butuh (Image by Pezibear from Pixabay)
Perlu disadari alasan ingin makan sesuatu, karena ingin atau karena butuh (Image by Pezibear from Pixabay)

Dari Ingrid,

Dia selalu melihat ke diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan sekitarnya. Kembali ke sebarapa komit kita pada apa yang mau dicapai. Sehingga menurut Ingrid bukan "tidak bisa", tapi dianya yang "tidak mau". Kalau mau, selalu ada cara supaya diet tetap bisa berjalan. Misalnya dengan merencanakan makanan yang jumlahnya pas untuk suami dan anak. Kalau jumlahnya pas, tidak mungkin kita ambil lebih dari jatah orang lain, karena nanti suami dan anak jadi dapatnya kurang. Intinya, selama mau, pasti ada jalannya.

Ternyata, ada banyak cara dari FIT fams yang beragam sehingga diet mereka dapat tetap berjalan lancar meski di rumah saja. Kembali lagi ke diri kita sendiri, seberapa komitnya kita dan sepintar apa kita mengakali agar diet tetap dapat berjalan meski di rumah hanya kita sendiri yang diet!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun