Kita adalah puisi terindah, kata-kata yang tak kunjung selesai mengalir bagai sungai kehidupan. Seperti lembaran kertas yang terhampar, kita diwarnai oleh pena hitam takdir, merangkai naskah yang dipersembahkan oleh kebijaksanaan Tuhan.
Lembaran halaman yang berserakan menjadi saksi ketika perjalanan hidup kita menjalin kisah yang tak terlupakan. Kita berdua adalah dua entitas yang terpisah, namun tautan takdir membawa kita menuju pertemuan yang mempersatukan lembaran-lembaran cerita yang telah kita tulis.
Bagaikan karakter-karakter dalam buku, kita mengalami liku-liku dan keindahan dalam setiap bab hidup. Kehidupan seperti pena yang terus menuliskan cerita di lembaran-lembaran hati kita. Kita adalah bagian dari buku yang terus berkembang, menantikan lembaran berikutnya yang akan mengikat kita dalam pelukan kisah yang lebih besar.
Jadilah lembaran yang memberikan makna pada cerita ini, dan biarkan takdir Tuhan menuntun kita menuju kesatuan yang abadi. Hingga pada akhirnya, kita akan bersatu kembali menjadi buku cerita yang penuh dengan pengalaman dan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H