Melihat semua yang telah dibuat sastrawan low profile ini, rasa-rasanya tak mungkin ada yang bisa menggantikan kemasyhurannya. Untuk alasan ini tentu saja penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya patut diberikan. Gerson Poyk hanya satu dan sampai kapanpun akan selalu dikenang.Namun, semangat hidup, kreativitas, nilai-nilai universal yang ia tularkan melalui tulisan-tulisan dan kecintaannya yang luar biasa akan tanah Flobamora harus tetap tumbuh dan berkembang di dalam hati setiap anak NTT.
Secara pribadi saya mau bertemu Gerson Poyk dan menyampaikan bahwa setelah membaca Cumbuan Sabana, Sang Guru, Matias Akankari dan Nostalgia Flobamora, saya ingin sekali bisa menulis sepertinya; spontan, menghibur, lugas tetapi berisi pesan nilai yang sangat mendalam.
Kepergiannya ke rumah Sang Khalik, 24 Februari 2017 kala itu membawa duka mendalam bagi siapa saja yang kagum terhadapnya. Gerson Poyk pasti merasa senang; ia bisa bertemu guru Sintus di Surga dan menyampaikan bahwa anak muridnya itu adalah seorang sastrawan besar Indonesia.
note; tulisan saya ini pernah dimuat di kolom opini Harian Pos Kupang saat sang sastrawan meninggal dunia. Saya ubah seperlunya berdasarkan pengalaman saya terkini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H