S: Itu berarti, berkat kesadaran, jiwa manusia dapat mengingat dan seolah-olah hadir...
A: Dan seolah-olah hadir kembali dalam kejadian yang sebenarnya sudah berlalu. Exactly! Namun, juga berkat kesadarannya, manusia dapat menyongsong, mewujudkan langkah demi langkah; dan dengan demikian, mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang ia harapkan terjadi pada masa yang akan datang; ia seolah-olah sudah mengalami apa yang akan terjadi di masa depan. Pada daerah di luar batas-batas bentangan jiwa ke masa lalu dan ke masa depan inilah, gambar-gambar yang saya sebut tadi semakin kabur dan menghilang dalam kegelapan.
S: Apakah ini artinya, manusia tak bisa lepas dari Tuhan, seperti yang saudara maksudkan tadi?
A: Benar. Atas dasar ini, posisi manusia selalu berada dalam situasi pengharapan (dimensi futurum), pelaksanaan diri manusia dalam kekinian (presens), dan pengenangan (dimensi perfectum). Dalam jiwa manusia, pengalaman akan dimensi 'kewaktuan'-nya sendiri menumbuhkan kerinduan akan keabadian. Jiwa manusia akan beristirahat bila ia mengarahkan diri kepada Allah, Sang Kebenaran Abadi.Â
Harus diingat, Allah dalam pandangan saya berbeda dengan allah dalam pandangan neo-platonisme yang lebih merupakan sebuah prinsip metafisik yang berdaya kosmis. Allah dalam pandangan saya, dan orang Kristen, adalah Allah yang personal yang menyapa manusia. Allah terlibat dalam sejarah manusia. Dia historis, bukan mitos belaka. Dan pada Dialah, kita mengarahkan diri.
S: Luar biasa sekali penjelasan ini, saudara. Saya betul-betul puas dan paham dengan penjelasan ini. Saudara luar biasa sekali. Sekarang saya baru mengerti mengapa Gereja begitu kagum dan terpesona dengan ajaran-ajaran saudara.
Sudah saatnya saya pergi, dan saudara juga pasti sibuk sekali. Baiklah, sekali lagi saya ucapkan terima kasih berlimpah. Mungkin saudara punya pesan untuk saya?
A: Ohh ya, saya punya satu pesan saudara: jangan lupa untuk selalu rajin ke gereja ya, sebab saya dengar dari pengakuan senior saya, Santo Petrus, saudara sudah hampir empat tahun ini tidak pernah masuk gereja.
S: Oh, ya, maafkan saya, saudara. Saya janji akan rajin ke gereja lagi. Sampaikan salamku untuk St. Petrus. Saya pamit pergi (mulai salah tingkah).
A: Ohh, iya. Ada satu lagi. Sampaikan salamku juga untuk teman-teman yang kemarin malam kalian minum bersama itu, khususnya yang Ketua Komunitas Kahe Maumere kemarin. Sampaikan salam saya si Gembul itu.
S: Dede Aton, maksudnya?