Bencana Alam memang dikategorikan sebagai risiko yang akan selalu ada dan tidak mungkin untuk dihindarkan, seperti Bencana erupsi Gunung Semeru yang telah menghabiskan Sebagian pemukiman penduduk disekitar gunung pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2021. Bencana tersebut menyebabkan kerugian yang sangat besar, karena penduduk sekitar TKP tidak melakukan persiapan untuk menghadapi erupsi yang besar pada saat kejadian berlangsung.
Dengan terjadinya bencana alam tersebut, membuat orang-orang diluar kejadian menjadi lebih was-was dalam melakukan persiapan untuk menghadapi bencana alam yang akan datang. Risiko bencana alam tidak dapat dihindarkan, tetapi kita dapat mengurangi dampak dari risiko tersebut dengan melakukan mitigasi risiko. Karena pada dasarnya bencana alam merupakan risiko terbesar yang dapat terjadi kapan saja, sehingga pengawasan pemerintah harus lebih diperketat dalam mengidentifikasi risiko bencana alam.
Kerugian harta benda seperti tempat tinggal akibat dari bencana alam tersebut tidak dapat di “recover” namun saya akan membantu menganalisa kejadian risiko yang mungkin menjadi salah satu sumber pendapatan dari penduduk sekitar Gunung Semeru.
Kejadian Risiko: Penurunan Kinerja Sektor Pertanian
Konteks Risiko: Bukan hal yang biasa menemukan penduduk yang berprofesi menjadi petani disekitar daerah pegunungan, dan sektor ini merupakan sektor yang cukup penting dapat mensupply kebutuhan penduduk di perkotaan atau daerah sekitar, juga menjadi sumber pendapatan penduduk daerah pegunungan, itulah yang menjadi asalan utama saya memilih untuk membahas kejdian risiko tersebut.
Akar Penyebab: Erupsi Gunung berapi mengakibatkan rusaknya lingkungan dan tumbuhan disekitarnya
Letusan ini menghamburkan abu vulkanis, lava pijar yang cair dan awan panas guguran. Hujan lebat turun mengiringi erupsi Semeru, memicu datangnya lahar yang membawa material vulkanis dari lereng atas-tengah ke lereng bawah.
Pemilik Risiko: Penduduk yang berprofesi sebagai petani
Dampak Risiko: Tanaman dan hasil pertanian akan mati, tidak dapat bercocok tanam untuk beberapa waktu kedepan
Erupsi gunung api memang merupakan petaka untuk manusia, menghancurkan lingkungan dan merusak infrastruktur di sekitarnya. Namun, setelah letusan nanti, tanah-tanah di sekitar gunung akan subur.
Analisis Risiko: High Risk
Setiap terjadi bencana alam, lingkungan alam sekitar akan menjadi korban pertama sebelum merambat ke lingkungan penduduk, demikian juga dampaknya pada sektor pertanian sangat besar, karena menjadi sumber penghasilan penduduk daerah pegunungan. Maka dari itu saya memberikan Analisa High Risk.
Perlakuan Risiko: membenahi lahan tanah(Soil Amendment) dengan pupuk kandang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan dan pembuatan teras gulud searah dengan kontur yang dikombinasikan dengan penanaman rumput pakan (Setaria, raja dan pari, tanaman buah-buahan berupa pisang, alpukat dan sawo) dan tanaman pupuk hijau (glirisidia, flemingia, dan lamtoro) dapat mengendalikan erosi tanah. Rehabilitasi lahan pasca-erupsi dapat dipercepat dengan mencampurkan abu volkanik dengan tanah aslinya.
Kesimpulan dari Kejadian risiko diatas beserta dengan bencana alam yang telah terjadi, agar mendapatkan perhatian lebih terutama dalam mengidentifikasi potensi bencana alam, tidak hanya untuk penduduk daerah pegunungan, tetapi juga masyarakat perkotaan perlu melakukan persiapan dikalau terjadi suatu risiko yang mungkin sulit untuk diidentifikasi. "Jika kebahagiaan membuat kamu tersenyum. Maka musibah membuat kamu menangis agar bisa tersenyum dengan lebih lebar dikemudian hari."
Beberapa penjelasan dan informasi didapatkan melalui artikel yang bersumber dari:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI