Risiko apakah yang sedang dihadapi perusahaan ritel di masa pandemi ini?Â
apakah dengan mengurangi pegawai dapat menutupi kerugian perusahaan, atau malah membawa kerugian yang lebih besar, diketahui tidak semua perusahaan terkena dampak negatif dalam masa pandemi, ada perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan sebelum terjadinya pandemi.Â
Budaya risiko mempengaruhi kelangsungan perusahaan, dan kebanyakan perusahaan lalai dalam menerapkannya sehingga berakibat kebangkrutan, Perusahaan tidak melakukan identifikasi untuk kedepannya sehingga risiko tersebut telah terjadi dan tidak dapat diterapkan pengendalian risiko. Apakah perusahaan ritel sekarang sudah siap untuk menghadapi pandemi virus Corona yang masih menghantui ?Â
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan sejumlah perusahaan ritel besar di Indonesia telah mengalami kerugian bahkan tidak mampu bertahan. Melansir dari situs industri.kontan.co.id, (31/5/2021), salah satu yang sedang ramai akhir ini adalah ditutupnya Giant, PT Hero Supermarket Tbk atau Hero Group. Rencananya Hero Supermaket akan menutup seluruh gerai hypermarket Giant di Indonesia per Juli 2021.
 Di masa seperti ini budaya risiko perusahaan harus selalu ada dalam setiap perusahaan ataupun organisasi,dengan menerapkan budaya risiko, perusahaan dapat menemukan jalan keluar yang tepat untuk menjaga kelangsungan perusahaan mereka.Â
Pandemi ini tidak hanya berakibat pada gaya hidup, cara bersosialisasi, namun juga mengganggu jalannya perekonomian. Himbauan untuk membatasi mobilitas di luar rumah membuat banyak pelaku usaha, baik skala besar maupun kecil, sulit untuk tetap bertahan hidup. Berikut ini adalah beberapa risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan ritel:Â
1. Akibat dari Social DistancingÂ
Social Distancing atau menjaga jarak sosial adalah istilah yang diterapkan pada tindakan tertentu yang diambil oleh pejabat kesehatan masyarakat untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit seperti pandemi Covid-19. Bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan karena ditetapkan peraturan ini. Budaya risiko disaat ini masih kurang diterapkan karena banyak perusahaan menganggap meskipun peraturan baru ditetapkan, masyarakat masih akan berpergian keluar, tanpa mengidentifikasi risiko yang akan terjadi nantinya.
2. Menurunnya Produktivitas KaryawanÂ
Setiap industri akan terpengaruh, seperti yang mungkin dilihat oleh perusahaan. Selama periode ini banyak karyawan yang tidak dapat bekerja karena sakit, tertular virus Covid-19, dan diberlakukannya isolasi mandiri. Karyawan tentunya juga membutuhkan jam kerja yang fleksibel karena pembatasan aktivitas yang diberlakukan oleh pemerintah.Â
3. Penurunan Rantai Pasokan