sedikit sinar purnama itu.
kau tak memberi kesempatan kepadaku untuk dapat menyentuh sinar purnama itu,
dan untuk memeluk dinginnya angin malam itu.
Dalam kesendirian itu, aku menggambar rembulan di dinding kamarku.
Dialah satu-satunya teman di dalam kamarku yang pengap ini.
Aku begitu gembira bersamanya.
Kami bercerita dan tertawa bersama.
Kini, kamarku bukan lagi kamar yang gelap dan pengap, karena rembulan itu begitu bercahaya.
Namun engkau tak menyadari sinarnya.
Kau malah memarahiku karena mengotori dinding rumahmu dengan gambar-gambar yang kau bilang aneh.
Kau tak menyadari bahwa sesuatu yang kau bilang aneh itu, telah membuatku bahagia.