Mohon tunggu...
Richardo Gerry
Richardo Gerry Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan S1 Ilmu Filsafat di STFT Widya Sasana Malang dan sedang menempuh persiapan S2 di STF Driyarkara Jakarta.

Menulis, Fotografi, Videografi, dan Editorial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hubungan dengan Sesama Bersifat Etis dan Mewajibkan (Etika Tanggung Jawab Levinas)

20 September 2023   17:37 Diperbarui: 21 September 2023   19:18 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.lzb.lt/wp-content/uploads/2018/01/Emmanuel-Levin-portretas.jpg

Berbicara mengenai tanggung jawab berbicara tentang manusia. Sejatinya tanggung jawab merupakan itu yang menjadi milik, sesuatu yang ada pada manusia[1]. Semua manusia tentu memiliki tanggung jawab, terlepas dari apa pun itu bentuknya. Sebelum mengaitkannya dengan orang-orang di sekitarnya, manusia memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri[2]. Ia bertanggung jawab dalam mengupayakan segala sesuatu demi kelangsungan hidupnya, terutama mewujudkan suatu kehidupan yang berkecukupan, layak dan bermartabat. Selanjutnya tanggung jawab yang dimiliki baru berkaitan dengan sesamanya. 

Emmannuel Levinas dalam pemikirannya mengatakan:

Wajah sesamaku sebagai seruan etis. Terhadap wajah sesamaku, kebebasanku terikat secara etis. Aku menemukan sesamaku dalam "wajah yang telanjang" yang mengatakan "terimalah aku dan jangan membunuh aku. Aku tidak boleh menafsirkan sesamaku sebagai "alter ego" (aku yang lain). Diri sesama menampakkan diri sebagai sesuatu yang mutlak lain, fenomena yang serba baru. Dan ini tidak dapat di-reduksi menjadi satu eksponen dari suatu keseluruhan dan kebersamaan. Segala usaha untuk memahaminya justru akan merendahkan diri sesama sebab memahami berarti meniadakan keunikan dan kekhasan-nya. Metafisika, menurut Levinas, tidak mengakui keberbedaan dan keunikan yang mutlak. Hubungan dengan sesama bersifat etis dan mewajibkan. Sesamaku harus ku-akui sebagai tuanku. Penampakan wajahnya menciptakan suatu hubungan asimetris, bukan hubungan timbal balik. Aku dipanggil dari "atas" dan saya harus mengorbankan diri tanpa mengharapkan apa-apa (movement sans retour). Aku harus menerima dia di dalam rumahku dan milikku menjadi milik bersama.[3] 

Perlakuan terhadap sesama sebagai pribadi yang berbeda merupakan suatu perlakuan yang tepat dalam pemikiran Levinas. Perlakuan tersebut didasarkan atas kesadaran bahwa dia memiliki keunikan dan sebagai pribadi yang memiliki kekhasan. Kekhasan dan keunikan yang demikian menjadi miliknya sendiri. 

Dengan demikian, perlakuan terhadap dirinya tidak boleh disetarakan atau didasarkan atas perlakuan terhadap yang lain. Sesama harus diperlakukan berdasarkan keunikan dan kekhasan-nya, yang mana perlakuan tersebut membantunya semakin menemukan dirinya yang sejati.[4] Perlakuan yang benar, berdasarkan ke-berbedaan yang dimiliki, antara sesama dan subyek pelaku merupakan sebuah tindakan yang tepat. Pada saat yang sama pula ditonjolkan sikap hormat dan menghargai di antaranya. 

Pemikiran Levinas yang demikian lahir dari realitas hidup yang pernah dia alami. Pengalaman hidupnya berbicara banyak dalam teorinya mengenai etika wajah. Di mana ia pernah mengalami kekerasan pada zaman Nazi, Jerman. Dia mengalami bagaimana sulitnya harus menjalani hidup dalam keadaan lapar, ter-isolasi serta harus kehilangan seluruh keluarga akibat kekejaman pada waktu itu.[5] Penderitaan yang dialami, membentuk dirinya menjadi pribadi yang peka, terbuka dan peduli terhadap orang lain (sesama). 

Ia menyerukan bahwa setiap orang tidak boleh mengambil sikap acuh-tak-acuh terhadap penderitaan dan kematian orang lain. Peristiwa penderitaan dan kematian merupakan bukti bahwa manusia itu terbatas. Pendapatnya ini kemudian membawanya sampai pada pendapat bahwa betapa penting dan perlunya etika sebagai kebutuhan dari manusia. Kebutuhan terhadap etika secara nyata terungkap dalam berbagai norma-norma etis dan aturan-aturan dalam kehidupan manusia.  

Etika tanggung jawab dalam pemikiran Levinas merupakan sebuah prinsip yang melandasi dan mengatur kehidupan manusia. Tanggung jawab ini lahir dari perjumpaan dengan sesama yang memiliki wajah yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Wajah tersebut justru mengusik, menggugat, mendorong, meminta serta mewajibkan setiap orang untuk memberi respon. Wajah yang ditampilkan mengharuskan sebuah tindakan yang benar, yang patut dan yang mengedepankan nilai luhur martabatnya. 

Respon yang diberikan hendaknya merupakan tindakan yang semakin memanusiakan bukan tindakan yang mereduksi martabatnya. Perjumpaan dengan wajah melampaui segala pengetahuan atau gagasan si subyek pengamat.[6] Gagasan-gagasan yang ter-konsep dalam pikirannya jauh berbeda dengan realitas yang ditampilkan melalui wajah sesama yang dijumpai. Realitas tersebut memiliki konteks dan juga kekhasan yang tidak begitu saja disempitkan dalam suatu konsep yang terbatas. 

Bagi Levinas etika sangat penting dalam mengatur segala pengetahuan. Ia berpendapat demikian oleh karena menurutnya pengetahuan tidak dapat membedakan sesuatu yang berharga, bernilai dan berguna. Selain itu, pengetahuan tidak mampu membebaskan manusia dari rasa kesepian dan keter-asingan.[7] Hal ini dikarenakan realitas penderitaan yang dialaminya sebagai akibat dari kesalahan manusia dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. 

Pengetahuan di satu sisi dapat membantu perkembangan hidup manusia menjadi lebih baik, namun pengetahuan juga menjadi senjata bagi manusia untuk saling membunuh satu sama lain. Sejarah telah membuktikan bahwa manusia dengan pengetahuan telah mengorbankan sesamanya untuk mempertahankan superioritas diri, kepentingan dan kenyamanan diri sendiri dan kelompoknya. Hal ini tentu bertentangan dengan etika wajah yang dimaksudkan oleh Levinas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun