Mohon tunggu...
Richardo Dian Taman
Richardo Dian Taman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sampai sekarang masih bermimpi menjadi pesepakbola profesional. Suka nonton film. Senang travelling. Pernah menjadi jurnalis di Yogyakarta. Sekarang menetap di Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mall, Jadi Gaya Hidup?

18 Juli 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Rumah Kedua’ Kaum Hawa
Seiring pola gaya hidup masyarakat urban, mall saat ini sudah menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sekarang, mall tidak hanya dirancang sebagai tempat belanja, juga digunakan untuk tempat hang out kalangan perempuan. Sarana lengkap mulai resto, butik fesyen sampai salon spa, membuat mall seperti ‘rumah kedua’ bagi kaum hawa.

Selain masalah penampilan, gaya hidup seperti tempat hang out dalam bergaul menjadi bagian penting. Untuk mendukung pola gaya hidup ini, tak heran jika pengelola mall merancang dengan konsep yang memadukan lifestyle dan entertainment. Misalkan dengan pertunjukan live music sampai event khusus seperti nonton bareng.
Pengamat fesyen yang juga perancang busana Lia Mustafa menjelaskan, sebenarnya setiap kota atau negara memiliki gaya hidup tersendiri berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, geografi, juga iklim. Misalnya di negara empat musim yang mempunyai cuaca dan udara memungkinkan untuk melakukan aktivitas di luar ruang seperti di taman, dengan iklim kondusif dan tidak terlalu panas.

Di Yogyakarta, lanjutnya, taman kota sebagai pusat hiburan di luar ruangan masih jarang. Toko, kafe, butik, dan pusat mode di luar ruang akan menjadi tempat yang panas dan berdebu. Karena itu, mall dapat memberi kenyamanan bagi warga Yogyakarta. Mall memberi kenyamanan untuk makan, bekerja, olahraga bahkan tempat bermain anak.

Ia menilai fasilitas sarana seperti spa-salon, resto juga diperluan untuk mendukung konsep mall. Konsep seperti ini tentunya memiliki daya tarik dalam menarik market konsumen kelas atas. Bagi Lia Mustafa, masyarakat yang berkunjung ke mall tidak hanya sekadar berbelanja, namun juga memenuhi kebutuhan lainnya seperti mempercantik diri dan meeting dengan rekan bisnisnya.

Sedangkan Sarah Karinda (20), datang ke mall karena alasan sederhana, yakni nyaman. ”Di mall kan adem. Itu yang penting,” kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Yogya. Dikatakan Sarah, alasan yang membuatnya ingin datang ke mall adalah bebas untuk belanja, karena tersedia banyak pilihan.

Namun untuk sekadar nongkrong Sarah tidak melakukannya di mall. Kecuali jika hal itu dilakukan bersama keluarga. Orangtuanya yang berada di luar kota seringkali ketika di Yogya menjadikan mall sebagai tempat rekreasi atau jalan-jalan. ”Kalau sama keluarga bisa lama, karena mereka tidak sekadar datang, tapi juga belanja atau makan,” terang Sarah.

Tak jauh berbeda, Nina Indahsari (19) mengatakan, ia datang ke mall sekadar untuk mencari suasana yang lain. Itupun biasanya bila ia diajak oleh orangtuanya. Meski bukan menjadi tempat favorit, mall menjadi tempat pelarian bersama kawan-kawannya ketika ingin mendapatkan suasana baru. Sedangkan Praend Adidarma (20) mengaku alasan datang ke mall karena memang suka dengan suasana mall yang nyaman. Di mall ia bisa melihat-lihat produk fesyen dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun