Pada tanggal 24 Maret 2019, saya bersama ketiga teman saya berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno yang tepatnya terletak di daerah Karawang, Jawa Barat, Indonesia.Â
Ternyata, rumah pengasingan Soekarno ini merupakan kediaman dari bapak Djiaw Kie Siong yang merupakah seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tahun 1880 dan wafat pada tahun 1964.Â
Rumah Bapak Djiaw Kie siong di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang ini merupakan tempat Bung Karno dan Bung Hatta diinapkan oleh para pemuda (Adam Malik, Chaerul Saleh, Sukarni) yang menculik mereka dan menuntut agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan segera.
Di rumah inilah naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dipersiapkan dan ditulis. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebenarnya rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong itu. Naskah teks proklamasi pun sudah ditulis di rumah itu.Â
Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka. '
Namun, ketika naskah proklamasi akan dibacakan, tiba-tiba pada Kamis sore datanglah Ahmad Subardjo. Ia mengundang Bung Karno dkk. berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Saat penulis berkunjung ke lokasi, penulis sempat berbincang bincang dengan cucu perempuan dari bapak alharhum Djiaw Kie Siong yang bercerita tentang sejarah singkat yang diceritakan oleh kakeknya mengenai kediaman keluarga mereka itu.Â
Walaupun cucu perempuan dari bapak almarhum Djiaw Kie Siong pun tidak tahu jelas bagaimana kakeknya itu dapat mengenal pemuda - pemuda PETA (Pembela Tanah Air) yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke kediaman kakeknya itu, tetapi ia menjelaskan bahwa pada saat itu kediaman kakeknya merupakan tempat yang cukup jauh dari kota Jakarta dan aman dari tentara - tentara Jepang.
Ia juga menjelaskan bahwa kakeknya lah yang mengharuskan bahwa rumah kediaman keluarga mereka ini harus tetap dijaga dan dirawat dengan baik sebagai tempat bersejarah nasional yang harus diteruskan turun - temurun agar bangsa kita dapat mengingat dan berkujung sendiri ke tempat bersejarah ini.Â
Kamar yang ditempati oleh  Bung Karno dan Bung Hatta pada saat peristiwa Rengasdengklok pun masih dipertahankan bentuknya walaupun sudah mengalami beberapa kali renovasi.Â