Rasa was-was yang tadi menyelimuti hadirin kini berubah dengan sebongkah harapan usai Kapospol Wolowae menunjukkan ketegasannya. Mereka merasa lega karena pihak kemananan tidak akan membiarkan siapa pun sesuka hati merusak hutan mangrove di Teluk Kaburea.
Harapan tersebut dikuatkan lagi oleh tokoh pendidik yang hadir dalam diskusi tesebut. Kepala SMAN 1 Wolowae, Bonifasius Kopong Teka menyuntik semangat hadirin dengan memberikan apresiasi kepada Tim PKM STPM Santa Ursula dan Tim Peduli Mangrove. Beliau mengajak agar kepedulian terhadap mangrove mesti direspon secara baik oleh semua unsur. Lebih lanjut mantan dosen UNIFLOR tersebut mengajak agar semua pihak harus berbuat sesuatu untuk merespon kerusakan mangrove yang terpampang jelas di depan mata warga.
"Kepedulian ini harus direspon baik. Kerusakan sudah ada di depan mata dan harus dibicarakan dan disampaikan ke pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk membatasi ini. Mari kita berbuat sesuatu sesuai dengan wewenang kita masing-masing untuk mengatasi masalah ini bersama," ucap Bonifasius yang disusul dengan tepukan tangan hadirin.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WITA. Aroma menu makan siang yang disajikan di di sebelah ruangan tidak jua mengusik konsentrasi para peserta FGD. Namun Richard Toulwala sang fasilitator rupanya sudah turut merasakan perut peserta diskusi yang mulai melilit karena lapar. Ia kemusian memberikan waktu kepada Camat Wolowae, Gerardus M. Koro, S.Sos untuk membedah semua masalah sembari memberikan poin-poin rencana kerja tindak lanjut. Di ujung FGD, Gerardus dengan semangat memberikan pencerahan kepada warganya yang hadir.
"Kebijakan pemerintah sudah dibuat dalam menjaga mekanisme pengrusakan mangrove oleh manusia. Akan tetapi di suatu sisi pemerintah membiarkan adanya penerbitan sertifikat tanah yang diterbitkan oleh dinas terkait di wilayah bibir pantai. Ini akan memberikan kesempatan kepada pemilik sertifikat untuk mengrusak mangrove. Hal seperti ini kita harapkan jangan terjadi lagi. Pemerintah janganlah memberi ruang untuk dilakukan pengerusakan terhadap hutan mangrove," ucap Gerardus.
Camat asal Mauponggo tersebut juga membeberkan modus lain pengrusakan mangrove. Beliau bahkan menceritakan pengalamannya mencegah aksi-aksi pengerusakan mangrove yang menjadikan kegiatan ritual sebagai pintu masuk.
"Ada ritual-ritual tertentu yang menjadi jalan masuk. Semua aktivitas bersama masyrakat di desa harus diketahui oleh pemerintah setempat agar pemerintah dapat mengawalnya" tambahnya.
Di akhir pembicaraannya beliau mengajak semua pihak untuk terlibat dalam aksi penanaman mangrove bersama yang diadakan oleh Tim PKM STPM Santa Ursula dan Tim Peduli Mangrove Kaburea. Selain itu camat berharap agar kegiatan edukasi mangrove seperti sosialisasi terus dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat dan memberikan kesadaran dalam menanam dan merawat mangrove.
"RKTL adalah kita jalankan edukasi terkait mangrove secara terus menerus. Tidak berhenti di hari ini. Saya membayangkan suatu saat daerah lain akan meniru kebiasaan kita dalam tata kelola mangrove. Oleh karena itu pada saat penanaman mangrove, saya harap kita semua ambil bagian dalam aksi itu," tutup Gerardus.
Pembicaraan Camat Wolowae  mengakhiri diskusi siang itu. Semua yang hadir tampak puas dan semangat untuk menjalankan kegiatan lanjutan. FGD siang itu diakhiri dengan santap siang bersama dalam spirit kekeluargaan.