(Samber 2020 Hari 13 & Samber THR)
Selama 69 hari terkubur hidup-hidup dalam tanah, bukanlah perkara yang gampang. Sebanyak 33 orang karyawan pada sebuah tambang di Chili terperangkap di bawah tanah dengan kedalaman 2.300 meter yang disebabkan runtuhnya tempat pertambangan.
Terjebak dalam runtuhnya pertambangan emas San Jose Kolaps, membuat mereka kesulitan makan dan minum selama 69 hari. Sementara makanan yang tersedia hanya cukup untuk 3 hari. Jadi bisa dibayangkan bagaimana mereka bertahan dengan makanan yang hanya cukup untuk 3 hari.
Namun dengan segala keterbatasan itu tidak serta merta membuat mereka saling membunuh dan memakan sesamanya. Justru dalam keterbatasan itu, solidaritas tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam komunitas bawah tanah itu.
Mario Sepulda, seorang yang dipercayai oleh 32 orang lainnya sebagai pemimpin mereka, mengunci makanan dalam peti kemudian membagi dalam takaran yang sangat sedikit sehingga mereka bisa bertahan hidup sampai datangnya pertolongan.
Memang sempat muncul ide-ide untuk membunuh salah seorang penambang muda dan pemula karena berasal dari ras yang berbeda untuk dijadikan sebagai makanan. Namun ide gila tersebut diredam oleh Mario Sepulda.
Menghadapi karakter yang berbeda dari semua teman-temannya, Mario selalu memberikan arahan tentang pentingnya solidaritas di antara mereka, sebab baginya, hanya dengan solidaritas mereka mampu bertahan hidup.
Injeksi moral yang dilakukan Mario Sepuda ternyata berbuah manis. Mereka tak lagi mengancam dan mencela satu sama lain, melainkan mereka menanam perasaan setia kawan, saling menguatkan ketika ada yang putus asa karena merasa senasib. Solidaritas terus tumbuh dan berkembang di antara mereka.
Solidaritas juga tak hanya muncul di antara 33 orang itu, melainkan solidaritas juga muncul di pemerintah negara Chili, para insinyur dan keluarga para korban dari atas permukaan tanah. Upaya penyelamatan oleh pemerintah sudah dilakukan berkali-kali namun sia-sia.
Untuk memastikan bahwa para korban tersebut masih hidup maka dibuatlah jalur arteri. Jalur itu sungguh sangat membantu para korban mendapatkan makanan dan pakaian sebelum bantuan masif tiba.