Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dia yang Terlupakan; Curhat Ketika Dunia Menderita

5 Mei 2020   15:05 Diperbarui: 5 Mei 2020   15:58 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Samber 2020 Hari 9 & Samber THR)

Wabah virus corona menyertai sebuah kegelisahan yang tak bisa ditampik oleh negara mana pun di belahan bumi ini. Seperti sebuah proyek ketakutan yang diinjeksikan ke publik, begitulah wabah corona menyerang setiap sendi kehidupan manusia.

Secara manusiawi, setiap pribadi ingin berteriak, marah dan bahkan protes terhadap realitas ini. Namun itu tak mungkin menyelesaikan persoalan ini begitu saja. Semua ilmuwan dunia mencoba untuk menemukan vaksin yang tepat dan akurat terhadap penyakit ini tetapi belum ada satu pun yang berhasil menemukannya.

Kegalauan dunia ini menjadi milik setiap pribadi, yah milik kita bersama. Tak mengherankan dampak dari wabah ini menghantam kehidupan setiap pribadi. Pada klimaks, setiap orang membutuhkan partner untuk bercerita (curhat) melepaskan kegalauan dan sesak dalam dada.

Ketika dorongan dari dalam diri untuk menumpahkan semua kegalauan semakin menguat, kita malah dibatasi oleh social distance dan lock down. Pandemi covid-19 menyekati kita dan membatasi ruang sosialitas manusia. Manusia tak bisa berinteraksi dengan sesamanya.

Hal lain yang menambah esensi kesedihan meningkat adalah Ramadan. Ya, bulan suci yang selalu dijadikan sebagai momentum curhat dan 'temu kangen' bersama rumpun keluarga saat mudik telah terhenti. Menyakitkan bukan? Kepayahan ini menyiratkan seolah-olah dunia ini bakal berakhir.

Di tengah kegetiran ini, ada yang berpendapat bahwa media sosial mampu menjadi media curhat seorang dengan yang lainnya. Benarkah demikian? Bagi saya tidak, karena sesungguhnya curhat tidak hanya sekedar mendengar satu sama lain dengan telinga dan berbicara dengan mulut.

Curhat mempersyaratkan 'listening by your self'. Curhat seseorang kepada partnernya harus ditanggapi partnernya dengan seluruh diri. Artinya mata, pikiran, hati, perhatian dan seluruh diri diarahkan untuk menanggapi isi curhatnya.

Bila demikian adanya maka aktivitas curhat pada bulan Ramadan adalah hal tersulit dan bahkan sebuah ketidakmungkinan di masa pandemi covid-19. Yah, medsos tak mampu menjamin seseorang mendengar curhat orang lain dengan 'listening by your self'. Medsos tak mampu menghadirkan emosional seseorang secara face to face dan real.

Memang tak dapat dipungkiri medsos dapat memfasilitasi komunikasi jarak jauh. Pertukaran informasi dapat dilakukan melalui medsos. Curhat juga bisa dilakukan melalui medsos tetapi seperti yang saya jelaskan di atas, substansi curhat mengalami distorsi karena 'listening by your self' tak dapat dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun