Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menunggu Magrib dengan Berkompasiana

4 Mei 2020   15:49 Diperbarui: 4 Mei 2020   15:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Samber 2020 Hari 8 & Samber THR)

Ngabuburit adalah sebuah istilah yang selalu dikaitkan dengan bulan Ramadan. Bulan suci ini memang unik karena banyak kegiatan unik terjadi pada bulan ini dan tidak terjadi pada bulan-bulan lain.

Salah satu kegiatan yang unik pada bulan suci ini adalah ngabuburit. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata ngabuburit dijelaskan berasal dari bahasa Sunda. Kata ini berarti kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan.

Kata ngabuburit popular ketika Ramadan tiba. Semua umat Muslim bahkan mencari ide ngabuburit yang unik dan kreatif untuk mengisi waktu sambil menunggu azan magrib tiba untuk membuka puasa. Saat sekarang pun, meskipun di tengah masa pandemi covid-19 yang mengancam nyawa, tetapi banyak orang masih saja mencari bentuk ngabuburit yang tepat di masa ini.

Pada Ramadan di tahun-tahun kemarin, kebanyakan umat Muslim melakukan ngabuburit dengan joging, berajalan-jalan, rekreasi di taman dan bahkan dengan upacara keagamaan lainnya. Namun kegiatan seperti ini justru tidak dianjurkan pada masa pandemi virus corona ini. Oleh karena itu setiap orang masih berusaha untuk menemukan ide ngabuburit yang kreatif sekaligus mampu membatasi penyebaran virus corona.

Menurut penulis, ide cerdas ngabuburit pada masa pandemi ini adalah berliterasi, khususnya berkompasiana. Literasi kini sedang mengalami krisis ketika menulis, mendengar dan membaca tak lagi menjadi aktivitas rutin bagi setiap orang. Literasi sendiri bahkan kehilangan arti dan maknanya di tengah masyarakat. Mari kita lihat arti dan makna literasi sebelum melihat kecocokan literasi sebagai ide ngabuburit yang tepat di masa pandemi.

Menurut Gee (1996), literasi tak sebatas pada upaya pemberantasan buta aksara, melainkan lebih pada sebuah praktik sosial yang melibatkan kegiatan berbicara, menulis, membaca dan menyimak. Aktivitas literasi tak terlepas dari proses memproduksi ide, dan mengkonstruksi makna yang terjadi dalam konteks budaya yang spesifik.

Lebih lanjut Kofi Annan dalam Sofie Dewayani (2017) menyatakan bahwa: Literacy is the road to human progress and the means through which every man, woman, and child can realize his or her full potential (Literasi  adalah jalan bagi kemajuan umat manusia dan alat bagi setiap pria, wanita dan anak-anak untuk mewujudkan potensinya).

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa literasi ternyata memiliki arti dan makna yang sangat luas. Namun saat ini, masyarakat perlu kritis untuk membedakan fungsi literasi yang mendidik dan yang merusak mental serta rasionalitas.

Menjadi pengguna literasi yang kritis berarti masyarakat harus mampu memahami serta mengidentifikasi ideologi atau kepentingan terselubung di setiap karya literasi. Memprioritaskan karya literasi yang bersifat mendidik dan mengabaikan karya literasi lain yang memboncengi pencitraan diri penulis adalah keniscayaan bagi masyarakat.

Oleh karena itu kita (masyarakat) perlu mencari media yang tepat untuk berliterasi. Menurut penulis, kompasiana adalah salah satu media yang karya-karya literasinya hingga saat ini masih menjaga netralitas. Kompasiana menyediakan karya literasi berbagai perspektif dari satu persoalan yang sama sehingga memperkaya pembaca untuk memahami suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

Kompasiana juga tak hanya netral, tetapi juga berkualitas. Di kompasiana, Anda akan mengembangkan bakat menulis dan menuangkan berbagai gagasan. Oleh karena itu ngabuburit dengan berkompasiana.

Dengan berkompasiana sambil menunggu azan magrib tiba, Anda sesungguhnya telah mengembangkan bakat menulis dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dunia saat ini. Berkompasiana juga mampu memutuskan mata rantai penyebaran coivd-19 karena berkompasiana tak harus membutuhkan beberapa orang.

Sesungguhnya bahwa memberikan ide dan pemikiran melalui kompasiana pada bulan yang suci ini adalah sebuah kebajikan. Kebajikan tak harus bersifat materi. Sumbangan kepada sesama umat Muslim tak harus berwujud. Dengan pemikiran cerdas yang dituangkan dalam kompasiana, Anda telah mengubah sebuah tatanan dunia menjadi lebih baik.

Nabuburit dengan berkompasiana tak hanya memberikan ide, melainkan juga belajar dari pengalaman orang lain dan menerima ide dari orang lain tentang tema-tema Ramadan. Setidaknya apa yang diterima dari kompasiana mampu membuat ibadah dan puasa Anda lebih baik dari tahun-tahun kemarin. Mari kita ngabuburit dengan berkompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun