Mohon tunggu...
Sosbud

Siapa Bilang Polisi Banyak Duit?

3 November 2010   01:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:53 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang dinegeri ini tidak ingin berurusan dengan polisi walaupun mereka bukanlah seorang kriminil ataupun pesakitan, termasuk saya.  Tetapi minggu kemarin saya terpaksa berurusan dengan polisi karena saya "lupa", sekalian iseng pengen membuktikan bahwa pak polisi itu banyak uang apa tidak?

Awalnya saya hendak melakukan perjalanan ke kota Bandung lautan api :) . Dari Tanjung Priuk saya sengaja menuju terminal BLOK M dahulu untuk melihat apakah ada keramaian disepanjang perjalanan itu, sebelum memutuskan untuk pergi ke Bandung. Ternyata memang ada keramaian tapi bukan keramaian yang saya maksud, kebetulan minggu kemarin adalah minggu di akhir bulan yang biasanya ada even car free day. Saya tidak melihat ada spanduk bahwa ada acara diseputaran GBK (gelora bung karno) maka saya lanjutkan perjalanan menuju ke Blok M untuk naik bis Patas jurusan terminal Bekasi.

Disaku baju masih tersisa uang receh sebesar tujuh ribu rupiah, saya berfikir akan menggunakan lembaran uang lima puluh ribuan untuk membayar ongkosnya. Ternyata setelah meraba kantong celana bagian belakang tak ditemukan ada dompet yanng dimaksud, wah saya berfikir ini dompet jatuh atau kecopetan!. Setelah diingat-ingat saya tidak merasakan alibi yang kuat bahwa dompet itu jatuh ataupun kecopetan. Karena kondektur bus sudah menghampiri tempat duduk saya, maka saya berikan uang lembaran tujuh ribu tersebut untuk membayar ongkos bus sebesar enam ribu lima ratus rupiah. Tinggallah uang dikantong  dua uang receh pecahan lima ratus rupiah alias cuma pegang uang sisa ongkos dari priuk ke bekasi sebesar seribu rupiah.

Kemudian saya mencoba untuk menghubungi teman kantor yang kebetulan sedang masuk kerja untuk memeriksa apakah ada dompet yang tertinggal di ruang pantry tempat saya meletakkan dompet sebelum berangkat, ternyata dompet tersebut tidak ditemukan. Setelah meyakinkan bahwa dompet beserta isinya tidak lagi menjadi milik saya (walau masih meragukan), saya berfikir bagaimana caranya untuk bisa kembali lagi ke Tanjung Priuk tanpa mengeluarkan ongkos.

Ada dua alternatif yang saya fikirkan, pertama lapor polisi bahwa saya kehilangan dompet atau meminta langsung ke supir atau kondektur bus yang menuju ke Tanjung Priuk agar tidak dipungut ongkos bus. Saya berfikir untuk mencoba lapor kepak polisi dulu, setelah mencari-cari kantor polisi yang ada diterminal Bekasi maka saya beranikan masuk dan melapor kepetugas piket.

"maaf pak, saya  minta bantuan",

pak polis mendengarkan dengan seksama, dengan wajah penuh tanya

"awalnya saya dari T. Priuk hendak menuju Bandung, ditengah perjalanan dari Blok M ke sini saya mendapati dompet tidak ada lagi"

pak polisi masih mendengarkan dengan baik,

" saya mau balik lagi ke Priuk, butuh bantuan uang sebesar delapan ribu rupiah untuk ongkos pulang, bapak bisa bantu?'

" oh..dik pak polisi gak punya uang"

" kalau mau uang adanya di bank, dikantor polisi gak ada!"

Pak polisi mengatakan itu sembari tersenyum walau tidak lebar, saya juga tersenyum sedikit kecut. Lha jawaban polisi memang betul tapi konyol!, bank memang tempatnya uang kenapa saya minta ke pak polisi ya???? he...he..he...

Sejenak saya terdiam mendengar jawaban konyol pak polisi di pos polisi terminal Bekasi tersebut, pak polisi pun masih terdiam sedikit cuek menunggu apa yang ingin saya katakan lagi. Akhirnya saya angkat bicara lagi setelah melihat rekasi pak polisi tersebut yang hanya diam tak bergeming apalagi memberikan solusi atas kejadian yang menimpa saya.

"Pak bagaimana kalau saya minta tolong ke pengemudi bus untuk mengantarkan kembali ke Tanjung Priuk?"

Pak polisi tersebut kemudian memanggil salah satu temannya untuk memanggil pengurus bus. Setelah sang pengurus bus masuk kekantor polisi lalu pak polisi tadi bilang,

" pak ini tolong titip mau ke Tanjung Priuk, habis kecopetan!"

saya pun kembali berkata ke pak polisi tersebut,

"terimakasih pak"

Saya pun keluar dan ikut sang pengurus bus tersebut menuju bus jurusan Bekasi-Tanjung Priuk dan menitipkan saya ke kondektur bus tersebut dan mengatakan hal yang sama seperti yang diucapkan pak polisi tadi.

Dari pengalaman tersebut saya mengambil pelajaran penting bahwa ternyata pak polisi itu memang benar-benar tak punya uang, karena untuk memberi delapan ribu rupiah buat ongkos saya saja tidak ada, dan saya pun harus tahu pula bahwa kantor polisi itu bukan tempat penyimpanan uang jadi jangan pernah sekali-kali minta uang, kalau mau uang adanya di bank!.....he...he...he...(itupun kalau punya tabungan dan atm).

Kejadian itu sedikit mematahkan isu bahwa polisi itu suka memalak uang rakyat, dari nego kasus atau nego surat tilang kepada pengendara motor. Bahwa benar bahwa polisi itu melayani dan mengayomi rakyat, buktinya saya bisa kembali lagi ke Tanjung Priuk dengan naik bus gratis hasil omongan pak polisi terminal Bekasi kepada pengurus bus. Terimakasih pak polisi anda sudah berbaik hati membantu saya, walaupun sebelumnya menjawab pertanyaan saya dengan jawaban yang dodol!.

Note buat diri saya pribadi adalah untuk memeriksa kembali persiapan jika ingin bepergian, terutama dompet dan isinya, karena ternyata tuh dompet cuma ketinggalan saja didalam loker....he...he...he...

Ingat ya kompasioner bahwa pak polisi itu tidak banyak duit dan kantor polisi itu bukan bank!....catat itu....he...he...he..., jadi sewaktu-waktu terjadi apa-apa dengan isi kantong anda laporlah kekantor polisi terdekat hanya untuk meminta bantuan selain duit!. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun