Â
Mulanya, George Bernie mendapatkan hak erfpacht atau hak guna usaha untuk jangka waktu 75 tahun di daerah Jember di Jenggawah. Ia menggarap areal perkebunan ini untuk usaha perkebunan tembakau jenis BNO (Besuki Na Oogst). Hasil perkebunan tembakau di Jember oleh George Birnie dipasarkan ke Eropa. Para pekerja di Perkebunan tersebut berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur antara lain Blitar dan Pulau Madura yang didatangkan oleh George Birnie. Hal ini menyebabkan Kota Jember menjadi ramai penduduk. Pada Tahun 1805, jumlah penduduk Jember hanya lima ribu orang. Akhir abad 19 sudah mencapai sekitar satu juta orang.
Tanah di Jember memang cocok untuk ditanami tembakau sehingga kualitas dari tembakau yang dihasilkan sangat baik. Daun tembakau yang dihasilkan Jember, cocok digunakan sebagai pembalut, pengikat atau pembungkus, bahkan pengisi cerut dan  menjadi produk yang di andalkan. Keuntungan yang sangat besar dari ekspor tembakau menjadikan usaha ini semakin berkembang dan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat pada kota Jember. Sehingga jember menjadi Kota komditi tembakau dan merupakan penghasil tembakau terbesar dan terbaik nomer dua setelah Kuba.  Setelah Indonesia merdeka Berdasarkan uandang -- undang no.86 th 1958 dan peraturan pemerintah no.4 th 1959 perusahaan -- perusahaan milik belanda di nasionalisasi, termasuk perusahaan perkebunan Landbouw Maarschapij Oud Djember dan menjadi kantor perwakilan perseroan terbatas perkebunan nasional (PTPN-XII) hingga sekarang.    Â
Kantor Landbouw Maarschapij Oud Djember merupakan bangunan bersejarah sekaligus sebagai bukti bahwa salah satu faktor Kota Jember menjadi Besar adalah berawal dari usaha perkebunan tembakau yang didirikan pada saat kolonial Belanda. Sampai saat ini Kantor Landbouw Maarschapij Oud Djember masih berfungsi dengan baik bahkan sebelum pandemi gedung tersebut selain digunakan sebagai rapat intern, juga sering disewakan untuk acara pernikahan.Â
Namun mengenai kunjungan wisata Heritage harus memiliki izin terlebih dahulu ke Kantor pusat yang ada di Surabaya. Pada sekitar gedung Landbouw Maarschapij Oud Djember terdapat gedung yang saat ini dijadikan sebagai cafe bernama cafe Rollas yang dulunya dijadikan sebagai homestay untuk penginapan tamu LMOD.
Jember Sebagai Afdelling Yang Berstatus Kota
Awalnya Jember hanyalah daerah yang berstatus sebagai bagian dari wilayah distrik afdeeling Bondowoso. Pada waktu itu jumlah desa dan penduduk di Jember termasuk sedikit apabila dibandingkan dengan distrik lain di afdeeling Bondowoso dan merupakan daerah yang terisolir dan terpencil, terdapat 36 desa dengan jumlah penduduk sekitar 9.237 jiwa.Â
Akses jalan raya antara distrik Jember dengan distrik lainnya sangatlah minim karena sebagian besar distrik Jember berupa hutan belantara. Maka dari itu pemukiman penduduk Jember pada saat itu berpusat di wilayah Jember bagian utara dan selatan, sedangkan Jember bagian tengah merupakan daerah kosong yang berpenduduk sangat sedikit.
Pada pertengahan abad ke-19 terjadi perkembangan pada wilayah Jember, karena adanya pembangunan wilayah kota jember oleh Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu dibangun infrastruktur jalan darat dan jalur kereta api menuju daerah Jember. Pada tahun 1883 Jember memisahkan diri dari afdeeling Bondowoso dan berdiri menjadi afdeeling sendiri yang berstatus sebagai kota. Sehingga jember menjadi daerah paling maju pembangunannya dan menjadi ibu kota karisidenan besuki yang meliputi kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H