"Dea, tunggu!" Panggil seseorang. Terdengar sangat asing, tapi karena namanya yang dipanggil, Dea pun masih menyempatkan diri untuk berbalik.
Kira-kira pada jarak lima meter didapatinya sosok seusianya yang juga mengenakan seragam SMA yang tersenyum lebar dan memperlihatkan sikap seperti sudah sangat mengenal dirinya. Dea hanya terbengong sambil memperhatikan seragam yang dikenakannya, jelas ia bukan sekolah di sini. Kemudian diamatinya wajah dari cowok itu. Hmm lumayan cakep..., gumamnya dalam hati. Ada juga gunanya Laras cepat-cepat menghilang. Serta tidak membuang-buang waktu untuk mencarinya, sehingga ia masih sempat bertemu dengan cowok ini. Meskipun ini mungkin hanya kebetulan saja.
"Kamu lupa, ya?" Tanyanya mulai mendekat.
Dea menganggukkan kepala. What? Apa yang telah aku lakukan? Apa susahnya sih, menjawab dengan oya, sepertinya kita pernah ketemu... Atau maaf, sepertinya kita udah pernah kenalan, tapi aku lupa. Bla... bla... bla... Dea menyalahkan diri. Yang tak mau mengaku-ngaku sudah mengenal cowok itu.
Cakep sih, cakep..., tapi nggak harus nunjukin kan? Ntar dikira cewek gampangan lagi! Dea tetap pada pendiriannya.
"Sudah lama sih, kita pernah satu kelas saat di SD," jelasnya mencoba memberikan gambaran. Gluk..., kerongkongan Dea seperti tersedak meskipun saat itu tidak sedang meminum sesuatu. Pikirannya mulai menerawang kebelakang, tepatnya enam tahun yang lalu. Namun ia sama sekali tidak mendapat gambaran apa pun mengenai cowok yang dihadapannya itu. Sama sekali tak ada yang mirip dari sekian teman-teman kelasnya yang cowok. Mungkin karena sudah sangat lama, Dea betul-betul tak ingat apa-apa.
"Maaf..., aku betul-betul tidak ingat," ucap Dea akhirnya seperti menyesal
Cowok dihadapannya tampak tersenyum datar. Tak ada penyesalan disana, Dea sedikit kecewa. Dan mulai menyalahkan dirinya. Mengapa ia sama sekali tidak mengenal cowok dihadapannya itu?
"Rio...? Aku tunggu-tunggu di kantin, ternyata kamu ada disini." Dea berbalik saat mendengar suara yang tak asing ditelinganya. Ternyata Laras.
Dea tampak terperangah menatap Laras, kemudian berbalik ke arah cowok itu.
"Jadi kamu..., kamu Rio?" Tanya Dea tak percaya.