Mohon tunggu...
Ricard Radja
Ricard Radja Mohon Tunggu... -

karyawan swasta, peduli pada masalah sosial, tinggal di Kupang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wartawan Jadi "Kambing Hitam"?

27 Desember 2011   18:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meng-"kambing hitam"-kan wartawan sudah bukan hal baru lagi. Di jaman kini pun, ketika demokratisasi kian bertumbuh dewasa, intimidasi terhadap pekerja media masih sering terjadi.  Di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur misalnya, medio Desember 2011 yang lalu, sekelompok massa membakar rumah milik Dance, wartawan koran lokal "Rende Pos" di Desa Kole, Rote Ndao. Para pelaku didugadigerakkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan pemberitaan Dance di koran tersebut terkait dugaan korupsi.

Serupa namun tak sama, juga sedang terjadi di Tanah Papua. Seorang wartawan dariVivanews bernama Banjir Ambarita tengah jadi sorotan. Sosok Banjir Ambarita memang dikenal pemberani dan tegar serta setia pada panggilan profesinya. Medio Maret tahun ini, ia pernah ditikam OTK lantar berita yang ditulisnya. Kini, Banjir Ambarita kembali jadi pergunjingan setelah berita yang ia tulis terkait pendudukan markas OPM di bukit Eduda, Kabupaten Paniai, Papuadinilai mengancam eksistensi perjuangan kelompok Papua merdeka (pro-M).

Sepekan silam, tepatnya 20 Desember 2011 di Mapolres Paniai berlangsung pertemuaan antar Bupati dengan Muspida dan sejumlah tokoh masyarakat setempat, terkait insiden Paniai tanggal 13 Desember 2011 dimana pasukan Brimob telah menduduki markas OPM di Eduda, Paniai. Insiden itu oleh kelompok pro-M diklaim telah menimbulkan korban tewas 33 warga sipil. Jumlah korban tersebut telah berulang-kali diklarifikasi oleh berbagai pihak, namun tetap saja masih simpang-siur.

Klarifikasi terakhir datang dari Bupati Paniai Naftali Yogi,S.Sos tanggal 22 Desember 2011, yang memastikan bahwa tidak ada korban warga sipil dalam aksi penyerangan dan pendudukan itu.

“Memang warga sempat resah tapi tidak ada pertumpahan darah,” ungkapnya.

http://nasional.vivanews.com/news/read/274260-bupati--tak-ada-pertumpahan-darah-di-paniai

Fakta itu sinkron dengan pemberitaan sejenis dengan narasumber Pastor Oktvianus Pekey, yang tidak menyebutkan adanya korban tewas dalam inseden Eduda tersebut.

http://www.kbr68h.com/berita/papua/16978-helikopter-mabes-polri-tembaki-markas-opm-paniai-satu-terluka

http://zonadamai.wordpress.com/2011/12/23/helikopter-mabes-polri-tembaki-markas-opm-paniai-satu-terluka/

Dalam pertemuan tanggal 20 Desember 2011 di Mapolres Paniai itu, juga dihadiri Pastor Oktvianus Pekey selaku tokoh agama setempat sekaligus saksi mata atas insiden pendudukan Markas OPM Eduda. Pernyataan Pastor Oktavianus dalam pertemuan yang dirilis Vivanews, Koran Bintang Papua, Koran The Jakarta Globe, dan Viva News, itulah yang saat ini sedang ramai diperdebatkan.

http://wap.vivanews.com/news/read/273688-markas-dikuasai--warga-takut-opm-balas-dendam

Pastor Oktavianus mengatakan bahwa dirinya meragukan independensi wartawan-wartawan tersebut, karena menulis tidak sesui dengan apa yang disampaikan, juga apa yang terjadi di lapangan.

“Dari cara menulis berita saja, orang ini (wartawan) bisa dikatakan bekerja dengan mengedepankan kepentingan aparat keamanan,” sebut Pekey.

http://thepapuan.blogspot.com/2011/12/klarifikasi-berita-bohong-terkait.html

Mungkin saja benar apa yang diklaim oleh pastor Oktovianus Pekey tersebut. Baik adanya jika klarifikasi itu disampaikan secara langsung ke media-media yang bersangkutan untuk mendapatkan hak jawab.

Namun perlu juga kita kritisi, klarifikasi pastor Oktavianus atas pemberitaan itu mudah-mudahan lahir dari kepeduliannya untuk menjaga indepedensi jurnalistik, bukan lantaran adana intimidasi oleh kelompok OPM atau bermaksud “melindungi” aksi-aksi OPM yang belakangan ini semakin terdesak karena ruang-geraknya kian sempit. SEMOGA....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun