Mohon tunggu...
Ricard Radja
Ricard Radja Mohon Tunggu... -

karyawan swasta, peduli pada masalah sosial, tinggal di Kupang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angka 9 dalam Kegiatan Politik Bung Karno

3 Mei 2011   18:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:06 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah menjadi rahasia umum bahwa angka “9” adalah angka keberuntungan Presiden SBY. Tanggal kelahirannya 9-9-1949 didominasi angka 9.Partai Demokrat yang menjadi kendaraan politik SBY menuju kursi presiden didirikan pada, 9-9-2001 dengan jumlah pendiri 99 orang.Tim perumusnya berjumlah 9 orang. Partai tersebut diumumkan pada Lembaran Berita Negara Nomor 81 yang jika kedua angka itu dijumlahkan hasilnya 9. Tanda gambar Partai Demokrat dalam Pemilu 2004 juga bernomor 9.

Ketua Lembaga Penegakan Budaya Nusantara Putu Gedhe Prawira, mengatakan, angka 9 merupakan angka yang tertinggi dan terunik. Angka ini penuh misteri. Menurutnya, angka 9 menjadi terkenal semenjak kerajaan Demak, karena keberadaan Wali Sanga (dewan wali) yang kebetulan jumlahnya 9, sehingga disebut sebagai Wali Sanga atau Wali Songo (9 wali). Dewan tersebut senantiasa ada, sekalipun raja Demak berganti-ganti. Konon, Presiden pertama RI Bung Karno juga “deman” dengan angka 9. Banyak tindakan politiknya -yang entah disengaja atau tidak, memilih waktu (tanggal-bulan-tahun) berkaitan dengan angka 9. Beberapa diantaranya adalah : 1.Pada masa pra kemerdekaan, BPUPKI membentuk tim perumus yang jumlahnya 9 orang dengan ketua Ir Soekarno. 2.Kemerdekaan RI diproklamirkan pada tahun 1945, dimana teks proklamasinya dibacakan sendiri oleh Bung Karno. Angka tahun(dua angka terakhir) jika dijumlahkan adalah 9. 3.Ketika Bung Karno memberikan tambahan pertangungjawaban di depan Sidang Umum ke-IV MPRS pada tanggal 22 Juni 1966, naskah pidatonya itu diberi nama Nawaksara’’(9 aksara). 4.Integrasi Irian Barat ke NKRI terjadi pada tahun 1963. Dua angka terakhir merujuk pada angka 9. 5.Untuk merayakan kembalinya Irian Barat (sekarang Papua dan Papua Barat) ke pangkuan NKRI, Presiden Soekarno memilih tanggal untuk menyampaikan pidatonya kepada masyarakat Papua di Kota Baru (Sekarang Jayapura) pada tanggal4-5-1963 (tanggal dan bulan jika dijumlahkan hasilnya 9. Demikianpun halnya dengan tahun, dua angka terakhirberjumlah 9.

Silahkan rekan-rekan Kompassianer menambah daftar agenda politik Presiden Soekarno untuk melengkapi temuan saya di atas.

Karena hari ini kebetulan tanggal 4 Mei, bertepatan dengan aktivitas kenegaraan Presiden Soekarno 48 tahun silam (lihat poin 5 di atas),saya ingin memberikan sedikit catatanuntuk melengkapi tulisan ringan ini.

[caption id="attachment_107000" align="alignleft" width="300" caption="Kota Jaya Pura di malam hari"][/caption] Pada tgl 4 Mei 1963 Presiden Soekarno berada di Kota Baru (sekarang Jayapura) untuk berpidato berkaitan dengan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia tanggal 1 Mei 1963. Kendati saat ini para pejuang Papua merdeka menyebut 1 Mei 1963 sebagai hari Aneksasi (penggabungan politik secara paksa) namun apa yang sudah ditulis oleh pelaku utama sejarah Integrasi Irian Barat (Bung Karno) tetap tertulis dan akan tetap dikenang sepanjang masa. Naskah pidato Presiden Soekarno tersebut secara lengkap dapat dibaca pada thread saya sebelumnya di Kompassiana tanggal 1 Mei 2011 http://politik.kompasiana.com/2011/05/01/inilah-pidato-bung-karno-setelah-belanda-hengkang-dari-papua/

Pemilihan Kota Baru sebagai tempat Bung Karno menyampaikan pidato, selain karena keindahannya, juga karena ada nilai politisnya, yaitu sebagai pusat pemerintahan Belanda (Nederland New Guinea). Kota pantai dengan geografinya berteluk nan elok itu telah menginspirasi Kapten Sachse (orang Belanda) mengganti nama kota itu dariNUMBAY (karena ada dua sungai bermuara di Teluk Numbai) menjadiHolland(Hol = lengkung atau teluk, dan land = tanah) lantaran geografinya sangat mirip dengan garis pantai utara negeri Belanda. Setelah Belanda Hengkang dari Indonesia, Holland diganti namanya menjadi Kota Baru, kemudian sempat diberi namaSukarnopura, dan terakhir berubah lagi namanya menjadiJAYAPURA hingga sekarang.

Di Kota ini terdapat monumen PEPERA yang dibangun untuk memperingati Deklarasi Penentuan

[caption id="attachment_107001" align="alignright" width="300" caption="Tugu PEPERA di Jayapura"][/caption] Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969 untuk menentukan keinginan rakyat Papua bergabung kembali ke Republik Indonesia. Monumen ini berada di APO, 500 meter arah utara dari pusat kota Jayapura.

Ricard Radja

Jaringan Epistoholik Indonesia

Tinggal di Kupang-NTT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun